Setop Mental Adu Jotos

KEKERASAN di lingkungan pendidikan kerap menjadi noda berulang. Kasusnya menjalar dari jenjang pendidikan dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Telah banyak contoh kasus terjadi. Aktornya pun beragam mulai dari tenaga pengajar, siswa, mahasiswa, dan bahkan orang tua. Potret buram itu patut kita sesalkan. Fenomena ini terang-benderang menggambarkan lembaga pendidikan kita belum mampu memupus mentalitas adu jotos. September lalu, dalam beberapa kali operasi jajaran Polresta Bandar Lampung mengamankan ratusan pelajar terlibat tawuran. Aksi pelajar berperilaku preman bahkan kian berani dan terang-terangan. Teranyar, sekelompok pelajar menyerang siswa kompleks perguruan Muhammadiyah, Pengajaran, Telukbetung Utara, Senin (10/10), sekitar pukul 12.00. Beruntung, satpam setempat sigap hingga serangan pun gagal. Serangan di siang bolong itu seolah meneguhkan fenomena puncak gunung es mentalitas kekerasan di institusi pendidikan. Disebut demikian karena ada indikasi geng pelajar tlah bersemi dan tumbuh subur di lingkungan pendidikan kita. Itu mengapa aksi tawuran bukan berkurang justru bertambah. Tidak bisa tidak. Mesti ada solusi konkret untuk memutus segala bentuk mentalitas kekerasan semacam ini. Jika di lembaga pendidikan saja masih terjadi kekerasan, tidak perlu heran kalau di tengah-tengah kehidupan masyarakat, perilaku kekerasan masih mewarnai interaksi sosial. Kita mendorong Kemendikbudristek memonitor dan mengevaluasi implementasi Permendikbud No 82/2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Satuan Pendidikan. Aturan ini jelas belum tersosialisasi dengan baik. Atau bahkan sekolah tidak tahu-menahu aturan ini. Pemerintah Kota Bandar Lampung dan kepolisian setempat harus memandang serius kenakalan remaja, fenomena tawuran antarpelajar, dan tumbuh suburnya geng motor belakangan ini. Terlebih, aksi mereka belakangan bukan lagi kenakalan melainkan menjurus ke arah kriminalitas. Dalam beberapa operasi penertiban oleh kepolisian kerap ditemukan dan didapati para remaja salah pergaulan ini membawa senjata tajam. Bahkan, dalam beberapa kesempatan aksi tawuran antarpelajar berujung aksi perusakan dan bahkan penganiayaan. Budaya kekerasan ini harus diakhiri. Menurut World Health Organization (WHO) pada 2020, setiap tahun terjadi 200 ribu pembunuhan di kalangan anak-anak muda usia 12—29 tahun. Sebanyak 84% kasus melibatkan laki-laki usia muda. Data tersebut menjadi fakta tidak terbantahkan kenakalan remaja dapat menjadi masalah serius. WHO bahkan telah menyatakan kekerasan di antara anak muda telah menjadi isu kesehatan warga dunia, seperti kekerasan fisik, perundungan, kekerasan seksual, hingga pembunuhan. Kriminalitas anak muda secara global banyak terjadi di perkotaan, tidak terkecuali di Kota Bandar Lampung. Inilah saatnya mengevaluasi ekosistem pendidikan sehingga benar-benar nir-kekerasan. Tanggalkan segala bentuk potensi kekerasan. Jangan beri ruang sedikit pun, bahkan kendati itu bertujuan menempa mental peserta didik. Itu sama saja membenarkan dan melegalkan laku kekerasan. Bukan dengan kekerasan, mendidik dengan kedisiplinan lah yang dapat menempa pribadi siswa menjadi sosok tangguh. Kita semua pasti sepakat kekerasan bukanlah watak peradaban manusia modern yang mengutamakan solusi damai berkepala dingin. Bukan dengan budaya adu jotos. Remaja merupakan fase pencarian jati diri. Dalam proses ini mereka membutuhkan patron serta ruang untuk berkembang. Salah memilih patron dan pergaulan dapat memberi dampak buruk. Adalah tugas kita semua mengarahkan mereka menjadi pribadi santun dan jauh dari laku kekerasan. (*)

Kekerasan di lingkungan pendidikan kerap menjadi noda berulang. Kasusnya menjalar dari jenjang pendidikan dasar hingga tingkat perguruan tinggi.

Lelang Gitar untuk Pasien Kanker

Rumah Warga Pekon Bandingagung Tertimbun Longsor

ricky marly

Rumah Warga Pekon Bandingagung Tertimbun Longsor

Disdik Mesuji Pantau Pembangunan di Sekolah

Rutan Kelas IIB Sukadana Gelar Peringatan Maulid Nabi

E-Paper Lampung Post, Edisi Sabtu, 15 Oktober 2022

Kampus Asing Harus Diberi Syarat Ketat

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Koran Digital Lampung Post, Edisi Sabtu, 19 Juli 2025

Guru PJOK Punya Peran untuk Membantu Pencegahan Penyakit

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 21 Juli 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi

Selamat Datang kembali!

Ambil kata sandi Anda