
INI pelajaran yang sangat berharga! Seorang jenderal bintang tiga yang diserahi negara memimpin satuan tugas penanganan covid-19 terpapar virus korona. Benar-benar tidak pandang bulu. Padahal, Letjen TNI Doni Monardo paling disiplin yang ketat menjaga protokol kesehatan.
Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini juga paling lengkap pengetahuannya tentang virus korona. Jadi, kapan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 ini diserang virus? Doni menyadari tertular ketika ia makan bersama saat mengunjungi Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat.
“Sebaiknya jangan makan bersama dulu, makan sendiri-sendiri saja,” pesan Doni.
Ini pun disampaikan Kapolda Lampung Irjen Purwadi Arianto. Selama ini, orang selalu minta dilayani, di restoran dan di tempat umum. Sekarang covid-19 membuat orang lebih mandiri. Virus sudah ada di mana-mana!
Pengalaman Doni yang baru pulang bertugas dari luar Jawa minta tes swab. Hasilnya sangat mengejutkan! Sang Jenderal dinyatakan positif! Doni lalu melakukan isolasi mandiri karena tidak ada keluhan sakit. Kini dia menyandang predikat orang tanpa gejala (OTG).
Sejak Maret 2020, korona menang banyak. Mula-mula virus ini menyerang kerumunan di tempat umum. Lalu, menghajar orang kantoran, kemudian keluarga. Nah, sekarang orang yang melepas masker untuk makan bersama saja menjadi sasaran empuknya. Mau coba? Silakan membuka masker!
Jadi wajar apabila Wali Kota Bandar Lampung Herman HN memberlakukan jam malam bagi aktivitas masyarakat di Kota Seribu Tapis Berseri ini mulai Kamis (28/1). Jenderal disiplin saja diserang covid-19, apalagi rakyat yang abai protokol kesehatan. Rumah-rumah sakit penuh! Penduduk yang terpapar di Lampung ini tembus di angka 10 ribu, nasional sudah satu juta.
Angka kasus yang terus menanjak itu harus menjadi refleksi bagi negeri ini untuk berbenah diri. Semua harus serius lagi! Tidak ada cara lain tegakkan peraturan protokol kesehatan. Bagi yang melanggar harus didenda, jangan kasih kendur! Sekalipun vaksinasi sudah beredar hingga ke daerah.
Kalau sudah menyandang OTG, harus isolasi mandiri. Janganlah keluyuran ke mana-mana, apalagi tidak memakai masker! Seluruh komponen bangsa juga harus memperbaiki cara-cara tracing, testing, dan treatment (3T). Jangan biarkan rakyat mati sia-sia karena tidak disiplin kesehatan. Indonesia memiliki modal sosial yang besar mengatasi pandemi covid-19.
Persoalan yang mendasar saat ini, terlihat rakyat sudah lelah mengikuti peraturan protokol kesehatan hampir satu tahun. Oleh karena itu, tidak henti-hentinya menyuarakan kepentingan kesehatan melalui komunikasi publik yang terarah dan berkesinambungan agar rakyat kian sadar.
Mengapa harus tegas menegakkan protokol kesehatan? Sebab, penularan virus ini kian masif. Badan Kesehatan Dunia (WHO), beberapa waktu lalu, mengungkapkan varian baru virus korona bermutasi lebih cepat menular, serta meningkatkan jumlah kasus dengan perawatan yang berlipat-lipat.
Betul atau tidak, pernyataan WHO ada benarnya. Tidak hanya di Indonesia, banyak di negara dunia, bahwa jumlah kasus terus meningkat tajam sampai pertengahan Januari. Untuk varian baru di Inggris saja, laju percepatannya 50%—74% jika dibanding dengan sebelumnya. Juga di Afrika Selatan antara 2—3 kali lebih cepat. Vaksinasi belum selesai, varian baru sudah menghadang!
***
Indonesia memutuskan menggunakan empat jenis vaksin covid-19 buatan luar negeri, seperti Sinovac dari Tiongkok, Novavax dari Amerika Serikat, AstraZeneca dari Inggris, dan Pfizer dari Jerman. Vaksin itu sudah ditarget karena kapasitas global sangat terbatas untuk memenuhi 70% populasi dunia. Pembelian vaksin itu juga mempertimbangkan faktor geopolitikal.
Mengapa? Karena akan ada banyak tekanan. Kata Menkes Budi Gunadi, Indonesia tidak hanya membeli vaksin dari Tiongkok, tetapi juga menyebar ke perusahaan-perusahaan di negara lain.
“Kalau kita ambil salah satu, yang lain marah, nanti dijelek-jelekin gitu. Kan permainannya sudah di level dunia,” kata Menteri dalam suatu kesempatan.
Ingat! Pandemi belum berakhir, vaksinasi masih berjalan. Berita bohong (hoaks) dampak dari vaksinasi bertebaran di jagad dunia maya. Jelas-jelas vaksin Sinovac aman digunakan, karena sudah berlabel izin dari BPOM dan fatwa halal MUI. Namun, masyarakat gampang termakan hoaks.
Contohnya? Pada Minggu (24/1), beredar foto anak korban vaksin covid-19 di media sosial. Setelah ditelusuri Google Search Image, klaim menyebutkan foto itu adalah anak korban vaksin ternyata bohong besar. Foto tersebut pernah diunggah pada 17 September 2016, ternyata tidak ada kaitannya dengan vaksin covid-19.
Memviralkan berita bohong bertujuan menggagalkan program vaksinasi. Influencer juga sukarelawan covid-19, dokter Tirta Mandira Hudhi, menganggap rakyat yang menolak vaksin adalah sebuah pembangkangan. Memasifkan antivaksin di media sosial sebagai gerakan. Sentimen negatif vaksinasi lebih tinggi daripada positif. Sementara yang netral hanya 50%.
Upaya mereka itu membentuk opini, ragu akan keamanan vaksin, lalu ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah. Ini pembangkangan sipil! Termasuk juga tidak mengindahkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mencuci tangan.
Guru besar Universitas Padjadjaran (Unpad) yang juga Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Sinovac, Kusnadi Rusmil, menjelaskan reaksi akibat vaksinasi tidak ditemukan alergi berat usai disuntikkan vaksin. Namun, ditemukan gejala ringan, seperti sering mengantuk. Ini dialami Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil usai diberikan vaksin Sinovac.
Program vaksinasi yang masif untuk para pejabat juga pelayan publik saat ini bukanlah bentuk pencegah penularan semata, melainkan juga lebih kepada menurunkan simptomatik atau keparahan gejala. Para epidemiologi juga mengingatkan jika kasus terus tinggi, penularan akan tetap tinggi.
Adapun vaksin covid-19 bukanlah obat. Vaksin ini hanya untuk mengeluarkan antibodi spesifik yang bisa melawan virus korona. Oleh sebab itu, pentingnya mengedukasi rakyat soal vaksinasi sehingga bisa diterima oleh publik.
Kampanye vaksin secara gratis di masyarakat, terlebih tenaga medis lebih dahulu divaksin, akan meningkatkan kepercayaan rakyat atas layanan tim kesehatan. Negara tidak boleh kalah dan menyerah dengan pandemi yang terus meningkat ini. Bersatu padu adalah cara-cara yang ampuh memutus rantai penularan virus korona. ***