“SIAPA yang mau menjadi orang kaya?” demikian kalimat tanya yang disampaikan motivator wirausaha yang juga dosen S-1 Kewirausahaan Fakultas Bisnis Universitas Mitra Indonesia pada setiap kesempatan, termasuk saat memberikan materi kuliah kewirausahaan dan menjadi narasumber seminar di perguruan tinggi di Lampung. Hampir semua peserta yang terdiri dari mahasiswa dan siswa SMK se-Lampung ini mengangkat-tangannya sebagai tanda setuju bahwa mereka ingin menjadi orang kaya.
Namun, kalimat motivasi di atas tentunya menjadi pertanyaan mendasar bagaimana upaya untuk menjadi “kaya”. Sebab, setiap orang umumnya ingin menjadi kaya agar dapat membantu orang tua dan orang lain sesuai tujuan hidup masing-masing.
Berbagai jalan hidup yang dapat ditempuh mahasiswa setelah menyelesaikan kuliahnya, yakni menjadi aparatur sipil negara (ASN), pegawai swasta, ataupun menjadi pengusaha atau entrepreneur. Memang takdir dan rezeki ditentukan Allah SWT melalui jalur langit. Namun, sebagai manusia kita harus usaha memiliki pemikiran dan perencanaan sesuai jalan yang bisa ditempuh agar menjadi kaya.
Pada zaman milenial saat ini pilihan menjadi ASN selain persaingan yang ketat dan untuk menjadi kaya adalah sangat sulit terkait penghasilan ASN yang sudah ditentukan, kecuali ada penghasilan “lain”. Sedangkan menjadi pegawai swasta apalagi swasta besar, persaingan menjadi hal yang utama termasuk relasi dan “uang masuk”, serta memiliki kompetensi yang tidak semua dimiliki oleh para pencari kerja. Belum lagi, saat ini akibat kemajuan teknologi adanya artificial intelegence (AI) membuat tenaga manusia digantikan oleh teknologi.
Hal ini penting dipahami agar para alumni memiliki perencanaan mencapai cita-cita kaya dengan melihat kemampuan diri melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman). Karena itu, ke depan peluang mencari kerja semakin sempit, di sinilah peluang menjadi kaya semakin terbuka saat menjadi pengusaha ataupun entrepreneur.
Pelu diketahui, perbedaan pengertian antara pengusaha dan entrepreneur (wirausaha). Meski keduanya dapat menjadi jalan menuju kaya, memiliki perbedaan yang mendasar. Jika pengusaha menjalankan bisnisnya dengan ide yang sudah ada, proses bisnisnya sudah ada, tinggal ikuti saja dengan sedikit penyesuaian sesuai kondisi. Seperti warung bakso, sebelum Anda berjualan sudah ada jutaan orang berjualan bakso.
Sedangkan entrepreneur memulai dari nol dengan ide baru, konsep baru, varian baru, produk baru, belum pernah ada sebelumnya di pasaran. Jadi entrepreneur membuka usaha/bisnis dengan ide dan kreativitas baru. Sedangkan pengusaha bermain di pasar yang sudah ada, bukan menciptakan pasar baru.
Memang, untuk menjadi pengusaha atau wirausaha (entrepreneur) bisa dilakukan melalui dua jalur, baik jalur nonformal maupun jalur formal dengan belajar di perguruan tinggi. Seperti layaknya pemain gitar, untuk bisa bermain gitar atau bermain musik dapat dilakukan secara autodidak bergaul dengan orang yang pintar bermain gitar dan belajar melalui jalur formal melalui pendidikan. Demikian pula untuk menjadi pengusaha atau wirausaha, bisa dilakukan melalui jalur nonformal dan jalur formal pendidikan atau perguruan tinggi, khususnya di Fakultas Bisnis Program Studi Kewirausahaan.
Namun, kita setuju, bahwa menjadi pengusaha atau wirausaha melalui jalur formal akan lebih mumpuni karena pada akhirnya pengusaha/wirausaha jalur nonformal secara perlahan juga akan memperdalam dan menambah ilmunya tentang bisnis, meski tidak melalui jalur perguruan tinggi.
Sebagai akademisi, penulis tentunya ingin menjelaskan bagaimana menjadi pengusaha ataupun entrepreneur melalui jalur formal. Namun, upaya praktik atau belajar autodidak secara nonformal, seperti bergaul dengan pengusaha, menimba ilmu dan pengalaman dengan pengusaha/wirausaha, juga sangat diperlukan.
Secara teori, menjadi entrepreneur diawali dengan adanya ide atau peluang bisnis berdasarkan studi kelayakan usaha. Kemudian ide kreatif tersebut dituangkan dalam bentuk proposal bisnis, yakni perincian kegiatan yang mencakup berbagai aspek, baik aspek pemasaran termasuk digital marketing, aspek operasional produk dan jasa, aspek sumber daya manusia, juga aspek keuangan dan keuntungannya. Keempat aspek tersebut juga dipertajam dengan aspek lingkungan usaha (analisis SWOT) yang akan kita buat.
Perlu dikedepankan ide kreatif tersebut untuk menolong orang banyak. Dengan kata lain, moto “temukan masalah dan jadilah solusi” menjadi prioritas utama agar apa yang kita rencanakan mendapat berkah dari Allah SWT. Kemudian untuk mempermudah menemukan ide dapat dilakukan dengan prinsip ATM: Amati, Tiru, dan Modifikasi.
Upaya untuk mendapatkan ide kreatif ini tentunya selain banyak membaca buku, bergaul dengan pengusaha atau menjadi karyawan, juga berpikir di luar kebiasaan (think out of the box), mengombinasikan sesuatu hal, dan memodifikasi produk. Setelah itu, peluang atau ide bisnis tersebut disesuaikan dengan kelayakan usaha untuk dibuatkan proposal bisnis berdasarkan aspek pemasaran, aspek produksi, aspek finasial, dan aspek sumber daya manusia. Keempat aspek tersebut tentu dilengkapi dengan aspek lingkungan usaha dan membuat analisis SWOT.
Peran Perguruan Tinggi
Peran perguruan tinggi, khususnya Program Studi Kewirausahaan Fakultas Bisnis Universitas Mitra Indonesia, untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa dan masyarakat umum mengingat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi penggerak ekonomi dan menjadi penyerap tenaga kerja yang paling efektif di Indonesia. Sebagai progam studi yang fokus kepada kemajuan UMKM, prodi ini masih membuka pendaftaran mahasiswa baru dengan program beasiswanya agar para alumni dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Lampung dan membuka lapangan kerja.
Berdasarkan data BPS Lampung, jumlah UMKM di Provinsi Lampung pada tahun 2023 sebanyak 326.505 unit usaha. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 19,4%. UMKM sendiri dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu usaha mikro, usaha kecil, dana usaha menengah.
Usaha mikro adalah usaha yang memiliki jumlah aset maksimal Rp50 juta dengan omzet per tahunnya hingga Rp300 juta. Usaha mikro diartikan sebagai usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan maupun badan usaha sesuai dengan kriteria usaha mikro.
Upaya untuk meningkatkan jumlah wirausaha (entrepreneur) di Lampung guna mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan UMKM perlu selalu dilakukan. Pemerintah harus mengandeng perguruan tinggi guna menciptakan atmosfer keberagaman produk lokal yang berkualitas dan menggelar berbagai pameran bazar di perguruan tinggi.
Terakhir, Selamat Hari Kewirausahaan Nasional, 10 Juni 2024. Semoga penguatan UMKM dan kewirausahaan sebagai salah satu usaha yang dapat bertahan di saat krisis, tidak hanya menjadi konsumsi politik jelang pilkada 2024 semata. Calon kepala daerah Lampung, baik itu gubernur, wakil gubernur, bupati/wali kota dan wakilnya, harus fokus pada pertumbuhan jumlah entrepreneur Lampung sehingga pengusaha UMKM makin sejahtera menuju Indonesia Emas 2045. *