TERPILIHNYA Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia semoga bisa berdampak positif untuk pembangunan, baik di tingkat nasional ataupun regional, khususnya di Lampung. Wacana ulang terkait pembangunan jembatan yang menghubungkan Provinsi Lampung dengan Banten, dirasa harus kembali diangkat. Apalagi Lampung akan kembali memilih gubernur, infrastruktur di Lampung menjadi topik yang menarik perhatian publik.
Salah satu proyek infrastruktur besar adalah pembangunan jembatan penghubung Lampung dan Banten atau Pulau Sumatera dan Pulau Jawa yang terpisahkan Selat Sunda, akibat meletusnya Gunung Krakatau pada 1883. Rencana ini diyakini akan memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian dan konektivitas antarwilayah di Pulau Sumatera dan Jawa.
Namun, di balik harapan akan kemudahan akses dan peningkatan perekonomian, kebijakan ini juga memerlukan kajian mendalam terkait dampak sosial, lingkungan, dan keberlanjutan pembangunan. Sisi lain Lampung yang sedang berproses membangun di segala bidang, baik jalan, bangunan, pendidikan, harapan penulis juga akses jembatan penghubung Banten dan Lampung bisa terwujud.
Potensi Dampak Ekonomi
Wacana pembangunan jembatan penghubung Sumatera dan Jawa melalui Selat Sunda sudah diwacanakan dengan penandatanganan MoU antara Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan Gubernur Lampung Komjen Pol. (Purn) Sjachroedin Zainal Pagaralam. Salah satu alasan yang mendasari rencana pembangunan jembatan ini adalah untuk memperlancar konektivitas antara dua provinsi yang memiliki potensi ekonomi besar.
Lampung, sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera, memiliki sejumlah sektor yang mengandalkan transportasi antarprovinsi, seperti hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan. Di sisi lain, Banten dengan wilayah yang meliputi pelabuhan utama Merak, serta kawasan industri yang berkembang pesat merupakan salah satu daerah dengan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Adanya jembatan penghubung ini diharapkan waktu perjalanan antarwilayah dapat dipangkas secara signifikan. Akses yang lebih cepat ini tentunya akan menguntungkan sektor logistik dan distribusi barang, yang selama ini bergantung pada jalur laut yang tidak hanya memakan waktu, tetapi juga rentan terhadap gangguan cuaca dan ketidakteraturan transportasi.
Sebagai contoh, pengiriman hasil pertanian dari Lampung ke pasar-pasar di Banten dan sekitarnya, yang biasanya memakan waktu berhari-hari, dapat dilakukan lebih cepat. Ini akan menurunkan biaya distribusi dan memungkinkan barang sampai ke konsumen dalam kondisi yang lebih baik. Pembangunan jembatan juga dapat mempercepat mobilitas masyarakat. Akses yang lebih mudah memungkinkan warga di kedua provinsi untuk lebih leluasa dalam mengakses peluang kerja, pendidikan, dan layanan kesehatan.
Sektor pariwisata di kedua provinsi, yang terpisah oleh Selat Sunda, juga berpotensi berkembang pesat. Wisatawan yang sebelumnya harus menempuh perjalanan jauh dan melelahkan, akan diuntungkan dengan tersedianya jembatan yang mempersingkat jarak tempuh dan meningkatkan frekuensi kunjungan.
Urbanisasi dan Kesenjangan
Pembangunan infrastruktur besar selalu membawa dampak sosial yang besar, dan jembatan penghubung Lampung dan Banten tidak akan terkecuali. Meskipun akses yang lebih mudah tentu akan meningkatkan kesejahteraan, perubahan dinamika sosial bisa menimbulkan tantangan baru. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya urbanisasi.
Ketersediaan jembatan yang menghubungkan dua provinsi ini bisa mempermudah mobilitas penduduk, baik untuk tujuan pekerjaan, pendidikan, maupun perniagaan. Masyarakat dari Lampung yang mencari peluang kerja di Banten atau sebaliknya, akan lebih mudah berpindah. Hal ini tentu bisa meningkatkan kepadatan penduduk di kawasan yang sebelumnya lebih sedikit dihuni.
Di sisi lain, hal ini juga bisa menambah tekanan terhadap fasilitas publik, seperti perumahan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Jika tidak diatur dengan baik, arus urbanisasi yang pesat ini dapat memperburuk kesenjangan sosial, kawasan tertentu bisa menjadi lebih padat penduduk dan berkembang pesat, sementara kawasan lain yang tidak terakses dengan baik oleh infrastruktur malah tertinggal. Oleh karena itu, pemerintah harus memiliki rencana yang matang mengenai penyebaran penduduk dan pemerataan pembangunan agar tidak ada wilayah yang terabaikan.
Penting juga untuk mempertimbangkan dampak terhadap budaya lokal. Sebagai contoh, dengan meningkatnya mobilitas penduduk antarprovinsi, kebudayaan lokal yang ada di masing-masing daerah berpotensi terpengaruh atau tereduksi. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan jembatan ini harus disertai dengan upaya untuk melestarikan budaya lokal serta memfasilitasi integrasi sosial yang sehat antarmasyarakat yang berbeda.
Melestarikan Alam
Pembangunan jembatan penghubung ini juga menimbulkan potensi dampak terhadap lingkungan. Pembukaan jalur baru, terutama yang melibatkan konstruksi jembatan di atas selat atau kawasan rawan bencana, membutuhkan kajian lingkungan yang sangat hati-hati. Proyek besar ini harus memperhatikan keberlanjutan ekosistem dan tidak merusak lingkungan alam sekitar, terutama jika jalur jembatan melintasi kawasan pesisir atau ekosistem penting lainnya.
Salah satu perhatian utama adalah dampak terhadap kualitas air dan kehidupan bawah laut di sekitar Selat Sunda. Keberadaan jembatan, jika tidak dikelola dengan bijak, bisa merusak habitat alami yang ada di wilayah tersebut. Pencemaran akibat proses konstruksi, serta perubahan arus air yang ditimbulkan oleh struktur jembatan, bisa memengaruhi kehidupan biota laut dan pesisir.
Selain itu, potensi erosi pantai atau pengurangan ruang hijau yang terjadi akibat pembangunan jembatan juga harus diperhitungkan. Pemerintah perlu melakukan kajian lingkungan yang komprehensif sebelum memutuskan untuk melanjutkan proyek ini. Hal ini bisa melibatkan berbagai pihak, termasuk ahli lingkungan, LSM, dan masyarakat yang terdampak langsung.
Upaya mitigasi, seperti penggunaan teknologi ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang baik selama proses pembangunan, serta upaya konservasi di sekitar wilayah pembangunan, harus diprioritaskan agar dampak negatif terhadap alam bisa diminimalkan.
Keberlanjutan dan Pengelolaan yang Bijaksana
Membangun infrastruktur yang mampu memperkuat konektivitas antarprovinsi memang menjadi salah satu prioritas dalam mempercepat pembangunan nasional. Namun, hal itu tidak bisa tercapai tanpa perhatian terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan jembatan penghubung Lampung dan Banten harus didukung oleh regulasi yang berpihak pada keberlanjutan dan pemerataan.
Pembangunan jembatan penghubung Lampung dan Banten merupakan langkah strategis yang berpotensi membawa dampak positif terhadap perekonomian dan konektivitas antarprovinsi. Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut, pemerintah harus memastikan bahwa setiap aspek dari proyek ini baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan telah dipertimbangkan dengan seksama.
Pengelolaan yang bijak dan kebijakan yang inklusif akan memastikan bahwa jembatan ini benar-benar membawa manfaat yang maksimal, bukan hanya untuk generasi sekarang, melainkan juga untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Semoga gubernur Lampung dan Banten terpilih nanti dapat bersinergi membangun sebuah infrastruktur yang menghubungkan bukan hanya wilayah, melainkan juga hati dan kepentingan rakyat Indonesia secara menyeluruh. Wallahualam. *