Xenomania dan Xenofobia

Andri Zulfadli Pegawai Kantor Bahasa Lampung ERA globalisasi menuntut semua masyarakat bergerak dinamis. Dinamika tersebut memunculkan bermacam fenomena, termasuk fenomena berbahasa. Beberapa ahli bahasa menyatakan bahwa saat ini sebagian masyarakat Indonesia terjangkiti xenomania. Mereka memiliki kecenderungan yang berlebihan dalam mengutamakan penggunaan bahasa asing (Inggris) daripada bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini terjadi dalam berbagai ranah kehidupan, mulai dari penggunaan bahasa di dalam rumah tangga sampai dengan di media ruang publik. Jika boleh jujur, kita lebih familier menyebut sebagian besar alat-alat perabot dan perlengkapan rumah tangga dengan menggunakan bahasa asing, seperti magic com/jar , blender , hanger , furniture, spring bed, kitchen set, dan shower daripada alat penanak nasi, alat pengisar, gantungan baju, perabot, kasur, dan sebagainya meskipun kini telah ada padanan kata dan istilah asing. Selanjutnya, bahasa asing cenderung lebih banyak digunakan dalam penamaan gedung, pusat perbelanjaan, permukiman, dan sebagainya. Penamaan tempat di ruang publik sebagian besar ditulis dengan bahasa asing, sebagai contoh penulisan kata mall bukan mal, laundry bukan binatu, coffee shop bukan toko kopi, barber shop bukan pangkas rambut. Hal ini juga berimbas pada penulisan kain rentang. Penggunaan bahasa asing banyak kita temui pada penulisan di kain rentang dan iklan-iklan, sebagai contoh kata contact person lebih populer daripada kata narahubung , kata award lebih bergengsi daripada kata anugerah . Jika boleh jujur, kita lebih familier menyebut sebagian besar alat-alat perabot dan perlengkapan rumah tangga dengan menggunakan bahasa asing. Selain xenomania, beberapa ahli bahasa mengatakan bahwa sebagian masyarakat Indonesia juga dijangkiti xenofobia, yaitu ketakutan yang berlebihan terhadap segala hal yang berbau asing. Sebagai bangsa yang terkenal dengan keramahan, kesantunan, dan keterbukaannya, kita tidak boleh menutup diri apalagi takut dengan dampak yang akan timbul dari hal-hal yang datang dari negara asing. Kita seharusnya bisa berterima dan selalu menjaga diri agar dampak yang ditimbulkan akan menjadi hal yang positif, termasuk mempelajari bahasa asing. Bahasa asing kita pelajari sebagai sarana menambah khazanah kekayaan ilmu pengetahuan. Kita tidak memungkiri bahwa negara-negara asing yang dahulu menguasai Indonesia (Belanda, Portugis, dan Jepang) di masa sebelum kemerdekaan telah banyak memberikan sumbangan kosakata yang telah kita serap ke dalam bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kata onderdil, overdosis, register, sein, overaktif, sensei, karaoke adalah sebagian kosakata yang telah kita serap dalam bahasa Indonesia. Selain itu, untuk berbagai kepentingan ilmu pengetahuan, sebagian besar kosakata (dalam disiplin ilmu tertentu) dipakai dalam bahasa Indonesia karena belum ada serapannya dan sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, seperti kata komputer . Selain Sumpah Pemuda dan Undang-Undang Dasar 1945, kita telah memiliki Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Undang-undang ini telah mengatur penggunaan bahasa dan pengutamaan bahasa Indonesia dalam segala hal. Sebagai warga negara yang baik, kita seharusnya memiliki sikap dan kesadaran dalam memartabatkan bahasa negara. Ada istilah bahasa menunjukkan bangsa. Negara Jepang dan Prancis dapat kita jadikan sebagai contoh negara yang memartabatkan bahasanya. Ketika kita berkunjung ke dua negara ini, kita jangan berharap akan dilayani bila tidak menggunakan bahasa negara tersebut. Selain itu, untuk berbagai kepentingan ilmu pengetahuan, sebagian besar kosakata (dalam disiplin ilmu tertentu) dipakai dalam bahasa Indonesia karena belum ada serapannya dan sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, seperti kata komputer . Implementasi UU No. 24 Tahun 2009 bukan berarti kita tidak mengacuhkan bahasa lain yang tumbuh di Indonesia. Kita memang dituntut untuk menjunjung bahasa Indonesia di atas bahasa yang lain. Kita juga diminta untuk menjaga dan melestarikan bahasa daerah sebagai kekayaan kearifan lokal untuk menjaga nilai-nilai budaya. Sementara itu, kita wajib mempelajari dan menguasai bahasa asing sebagai media pergaulan internasional. Kita tidak boleh antipati terhadap hal-hal yang berasal dari luar negeri. Oleh karena itu, kita memerlukan strategi dalam mengatasi hal tersebut. Langkah yang dapat kita lakukan adalah menanamkan sikap yang teguh dalam memartabatkan bangsa dan bahasa Indonesia. Selanjutnya, kita wajib menyaring segala hal yang berasal dari negara asing termasuk bahasanya agar berdampak positif bagi masyarakat. Sebagai pilihan yang lain, kita sebagai pengguna bahasa sebaiknya berkreasi membuat, menciptakan, dan menambah kosakata baru agar dapat berterima di masyarakat dan menjadi sumbangan lema dalam kosakata KBBI. Pemerintah melalui instansi terkait seharusnya lebih banyak melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat. Masyarakat dapat mengikuti berbagai kegiatan bimbingan teknis, peningkatan mutu, dan pembinaan bahasa Indonesia yang diadakan oleh instansi pemerintah atau instansi lain. Jika dilakukan secara berimbang dan memahami ranah penggunaannya, kita tentu tidak akan berlebihan dalam mencintai dan membenci terhadap segala sesuatu yang berbau asing.

Xenomania dan Xenofobia

Kang Abik dan Cinta

Bandara Sesalkan Pembatalan Penerbangan Sriwijaya Air

Chairil Anwar

Bandara Sesalkan Pembatalan Penerbangan Sriwijaya Air

Penanaman Hortikultura Tunggu Pengkajian Tanah

Mitos Pijat Refleksi

Mobil Pengangkut Kayu di Bakar

Usut Dalang Pembalak Liar

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

BPK RI Periksa Keuangan Polres Lampung Timur

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 09 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 10 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Kamis, 11 September 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi