SETIAJI BINTANG PAMUNGKAS
DI awal tahun 50-an, Presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno dalam retorikanya mengatakan bahwa petani adalah Penyangga Tatanan Negara Indonesia. Akronim itu melekat di benak setiap orang dari generasi ke generasi. Hingga kini, keberadaan petani sangat vital sebagai garda terdepan ketahanan pangan nasional.
Semua tahu, pandemi covid-19 membuat petani sempat mengalami keterpurukan. Kini, jerih payah dan peluh mereka tak lagi sia-sia. Sebab, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau disebut Perum Bulog di tiap provinsi punya tugas besar yakni menyerap hasil panen baik beras maupun gabah. Setidaknya raut wajah petani berubah semringah ketika waktu panen tiba. Karena Bulog membeli komoditas itu dengan harga yang sudah diatur dalam Peraturan Kementerian Perdagangan (Permendag) Nomor 24 Tahun 2020.
Kepala Bulog Divre Lampung Faisal mengatakan pihaknya bergerak cepat melakukan penyerapan komoditas beras dan gabah. Tujuannya jelas, untuk mewujudkan ketahanan pangan baik di lokal maupun nasional. Meski demikian, produk pertanian yang ditampung tetap harus melalui standar berlaku.
Selain itu, petani atau mitra pemasok potensial yang belum memenuhi standar terus dibina agar mampu berkontribusi dalam menjaga stok beras berkualitas.
Kemudian, untuk mewujudkan ketahanan pangan di tengah wabah covid-19, Bulog turut aktif menjalin sinergi dengan Pemerintah Kota Bandar Lampung. Kolaborasi itu memberi kelancaran bagi pemkot dalam menjalankan kebijakannya, yaitu menyalurkan 3.200 ton beras kepada masyarakat terdampak pandemi covid-19 melalui lima tahap.
Pada tahap pertama, masyarakat yang tersebar di 20 kecamatan diguyur 400 ton beras dan berlanjut ke tahap kedua hingga kelima. Tiap tahap itu, pemkot menggelontorkan 700 ton beras.
“Untuk program itu, pihak pemkot mengambil beras dari kami (Bulog.red),” kata Faisal Rabu (21/4).
Ia bersama jajarannya tak lupa untuk selalu menegakkan tiga pilar yakni stabilitas, ketersediaan, dan keterjangkauan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Di sisi keterjangkauan, Bulog secara masif menggelar Operasi Pasar (OP) melalui 2.161 Rumah Pangan Kita (RPK) dan distributor di Lampung.
OP sangat ditunggu masyarakat, terutama kaum ibu, karena di masa pandemi semua orang sangat berharap mendapatan bahan pokok dengan harga terjangkau. Efek lain dari OP yakni menjaga stabilitas harga bahan pangan di pasaran.
“Bukan hanya beras. Gula dan minyak goreng juga ditawarkan ke masyarakat dengan harga terjangkau dan berkualitas,” ujarnya.
Di sisi bisnis, Bulog tetap berupaya meningkatkan mutu produk dengan menerapkan teknologi Modern Rice Milling Plant (MRMP) yang mampu memproduksi beras dengan beragam kualitas diantaranya medium, premium, dan super premium.
Telah banyak kiprah yang dilakukan Bulog untuk mewujudkan ketahanan pangan di masa pandemi covid-19. Namun, instansi pelat merah itu tak luput dari kendala besar yakni macetnya kran penyaluran beras.
Kini, stok beras di gudang Bulog Lampung sebanyak 44 ribu ton yang menjadi cadangan hingga tahun depan.
Maka, lanjutnya, dibutuhkan peran pemerintah provinsi dan daerah untuk merancang regulasi juga kebijakan agar stok beras tersalurkan ke masyarakat secara kontinyu.
Apalagi, ujar pria paruh baya itu, kian banyak mitra yang ingin memasok beras ke Bulog karena pasar sedang lesu akibat wabah korona.
Di satu sisi, antrian para pemasok komoditas bisa membuat capaian target penyerapan beras di Lampung tahun ini semakin cepat yakni 108 ribu ton. Lebih besar dibanding target tahun lalu yaitu 85 ribu ton. Namun di sisi lain, stok yang menumpuk dapat berdampak buruk dan merugikan.
“Kami menyerap (beras. Red) terus, tapi tidak bisa disalurkan. Beras hanya menumpuk di gudang, maka akan menjadi masalah. Biaya operasional membengkak dan beras akan rusak. Tahun lalu, terdapat progam bansos yang menjadi media penyaluran beras Bulog, namun saat belum ada,” ungkap Faisal.
Terpisah, petani di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu, Hendri Sutarno mengaku sangat terbantu dengan penyerapan yang dilakukan Bulog. Ia tak lagi kesulitan memasarkan hasil panennya.
Selain itu, sistem transaksi Bulog juga sangat mudah. Hal tersebut membuat Hendri lebih nyaman menjual berasnya ke instansi vertikal itu. Pencairan uang yang cepat membuatnya bisa segera kembali melakukan proses produksi.
“Kalau jual ke Bulog enaknya bisa cairkan uang dalam sehari. Berbeda kalau menjual beras ke warung yang harus menunggu satu minggu pencairannya,” ungkap pemilik penggilingan padi Putra Mandiri itu.
Hendri yang telah bermitra dengan Bulog sejak 2004 merasakan kesejahteraan ekonomi meski berada di masa pandemi, baik untuk keluarganya maupun bagi warga setempat yang ia pekerjakan.
Perkuat Sinergisitas
Pengamat Ekonomi Universitas Lampung Asrian Hendi Caya mengatakan, langkah gesit yang ditempuh Bulog untuk menyerap beras dan gabah patut diapresiasi. Peningkatan target serapan tahun ini telah memberikan nafas panjang bagi petani untuk menyelamatkan diri dari pandemi.
Di lain hal, Bulog harus tetap fokus memacu bisnisnya dengan menjual beras ke masyarakat agar beras yang tersimpan di gudang bisa tersalurkan.
“Bulog harus main di pasar umum dengan merek yang sudah ada seperti Beras Siger di level lokal, itu untuk melancarkan sirkulasi beras,” ujarnya.
Kemudian, untuk memecah kebuntuan, Bulog juga diminta memperkuat sinergisitas dengan pemda di 15 kabupaten/kota. Asrian menilai, pemda bisa menjadi konsumen bagi Bulog untuk memuluskan programnya, seperti menjaga ketahanan pangan daerah dalam penanganan dampak covid-19.
“Bulog bisa menjadi instrumen dalam kebijakan ketahanan pangan tiap pemda, utamanya untuk pemulihan terhadap warga terdampak covid-19,” papar dia.
Kontribusi Bulog dalam menyejahterakan petani dan menyediakan cadangan beras di masa pandemi membuat pemerintah provinsi luluh. Buktinya, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Lampung Kusnardi telah mengimbau kepada seluruh jajaran di kabupaten/kota untuk memilih Bulog menjadi mitra penyedia beras.
“Namun, kami terhalang dengan UU Persaingan Usaha, karena pemerintah harus fair. Kalau mengimbau sudah, bahkan kepada ASN melalui koperasi untuk beli beras Bulog. Tapi kalau mewajibkan tidak diperbolehkan,” paparnya. (AJI/K2)
setiaji@lampungpost.co.id