ATIKA OKTARIA S NILAM
ERA globalisasi membutuhkan anak muda yang positif dan produktif untuk menciptakan lingkungan yang baik. Membutuhkan anak muda yang produktif dan bisa melahirkan inovasi. Untuk itu, komunitas Kelas Minat membuka diri sebagai wadah untuk mencari anak muda dapat mencari bakat minat.
Beberapa tahun ke depan kita ditantang untuk mendapatkan bonus demografi. Komunitas Kelas Minat ini hadir sebagai wadah bagi para masyarakat, khususnya anak muda yang ingin mengembangkan minat. “Kelas Minat adalah suatu komunitas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya anak muda, misalnya, mengenalkan atau mengajak anak muda untuk berinovasi,” kata Fiounder Kelas Minat, Habib, dalam talkshow di studio Radio Sai 100 FM, Sabtu (1/1).
Kita semua itu sama. Kita itu terlahir pintar dan gue punya pengalaman ternyata kita bisa kalau kita percaya diri
Kelas Minat juga hadir sejak 2020 dan memberikan edukasi yang dapat membangun karakter. “Kami memberikan edukasi yang kami pahami, tetapi kami ingin memberikan dampak yang positif bagi peserta yang tergabung,” kata dia.
Ia mengajak masyarakat lain untuk bisa memberikan inovasi, misalnya, mengajak lingkungan sekitar terutama anak kecil yang ada di lokasi sekitar rumah. “Misal, kita berikan ide, seperti mendidik anak membuat layangan, memberikan edukasi bagaimana caranya memberikan pemahaman agar anak-anak maju dan berkembang,” ujar dia.
Menurut dia, meski baru berjalan selama kurang lebih tiga bulan, wadah ini mencetak orang-orang yang awalnya tidak memiliki keahlian bidang tertentu kini memiliki kemampuan bahkan sudah bisa diaplikasikan di dunia kerja profesional. Saat ini member Kelas Minat sudah ada yang membuka kafe sendiri. Kemudian, sudah banyak yang mendapat job foto serta layout di dunia kerja profesional.
Ritme yang digunakan dalam kelas ini adalah jaringan sehingga siapa saja bisa sharing dan belajar di Kelas Minat. Sebab, pada dasarnya kedua pendiri komunitas ini menginginkan ada kerja sama dan saling membuka lapangan pekerjaan antara satu sama lain.
Meski saat ini hanya fotografi yang terekspos di media sosial, di belakangnya terdapat tangan-tangan kreatif lain. Seperti me-layout, membuat konsep atau pun membuat alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan gambar.
Terus di kabupaten lain juga bisa ada Kelas Minat, supaya makin banyak wadah bagi generasi muda untuk belajar dan menggali minat mereka
Belajar dari Nol
Mulai dari office boy, sales, sarjana teknik, anak-anak putus sekolah, bahkan mantan narapidana berbaur menjadi satu dan sama-sama memulai belajar dari nol. Metode belajar dalam Kelas Minat ini lebih kepada bagaimana mengedukasi orang-orang bahwa mereka semua bisa dan kunci utamanya adalah pada rasa percaya diri.
“Kita semua itu sama. Kita itu terlahir pintar dan gue punya pengalaman ternyata kita bisa kalau kita percaya diri,” ujar Habib.
Para peserta belajar teori setiap Jumat sore sampai malam, lalu Senin sampai Kamis mempraktikkan teori yang sudah dipelajari. Terdapat materi utama dan materi tamu. Bisanya materi tamu diisi oleh sukarelawan yang bersedia berbagi ilmu dengan Kelas Minat. Habib dan Robin, selaku founder, membuka pintu bagi siapa saja yang ingin belajar atau pun mengajar di Kelas Minat.
Menurut Habib, 90 persen peserta yang bergabung dalam Kelas Minat mulanya tidak mengerti cara pengambilan gambar menggunakan perangkat kamera dan me-layout. Kondisi itu memicu Habib membuat suasana belajar seperti sekolah, yaitu menulis.
“Saya pukul rata semua. Kalau mau belajar foto, nulis dulu. Konsepnya ditulis secara detail. Dan, yang terjadi teman-teman yang enggak punya kamera hasil fotonya lebih bagus dari yang punya kamera,” ujarnya.
Habibmenyampaikan Kelas Minat tidak bergantung pada pemberian orang lain bahkan dari pemerintah. Menurutnya, yang paling dibutuhkan para peserta kelas ini adalah dukungan dan semangat.
Dia beranggapan, fasilitas dari pemerintah bukan hal yang istimewa karena itu memang sudah menjadi tugas mereka. Namun, yang menjadi istimewa adalah ketika anak-anak kelas minat bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
“Jadilah bos minimal untuk diri sendiri. Jadi, pemimpin minimal untuk diri kita sendiri, itu adil untuk kita. Jangan diri kita pun kita masih ngikutin orang lain, ada yang salah berarti. Di mana manusia-manusia merdeka itu disebut, berarti bukan kita. Sementara kita hidup masih bergantung dengan orang lain,” ujarnya.
Ia berharap Kelas Minat bisa ada di setiap daerah yang ada di Lampung. Bahkan, untuk di Bandar Lampung dia mengharapkan ada lebih dari satu Kelas Minat.
“Ke depan kita pengin Kelas Minat di Bandar Lampung ini ada tiga. Terus di kabupaten lain juga bisa ada Kelas Minat, supaya makin banyak wadah bagi generasi muda untuk belajar dan menggali minat mereka,” kata dia. (R3)
atika@lampungpost.co.id