PENYEBARAN virus corona di keluarga atau klaster keluarga menjadi kekhawatiran baru di tengah pandemi virus corona. Bahkan akhir-akhir ini keluarga menjadi salah satu klaster yang cukup besar jumlah korban dan penyebarannya. Oleh karena itu,, kampanye 3M yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dari Satuan Tugas Covid-19 menyasar ke keluarga untuk mempercepat tujuan pemerintah menekan angka Covid-19 dengan penerapan protokol kesehatan.
Keluarga diharapkan menjadi tonggak utama suksesnya perubahan perilaku pada masyarakat. Hal itu diungkapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo,. Menurutnya, keluarga menjadi peran sentral dari pencegahan Covid-19.
“Saya kira keluarga menjadi peran sentral dari pencegahan Covid-19 karena perlu disadari klaster satu dengan yang lain sudah ketemu, ketemunya di keluarga,” kata Hasto di kanal YouTube BNPB, Kamis (8/10).
Ia mengatakan klaster keluarga terbangun atas anggota keluarga yang keluar rumah dan kontak dengan klaster di kantor, pasar, dan lainnya yang bertemu di keluarga. “Inilah yang tidak bisa kita hindari, mau tidak mau, suka tidak suka, keluarga menjadi klaster terakhir setelah klaster lainnya yang sudah dilewati dan klaster keluarga yang strategis untuk dilakukan treatment intervensi,” ujar dia.
Hal senada dikatakan Kepala Subbidang Sosialisasi Perubahan Perilaku Satgas Covid-19, Dwi Listyawardani. Dia menyampaikan perlu adanya kedisiplinan menerapkan 3M di lingkungan keluarga. Mengingat, klaster keluarga cepat untuk menularkan virus corona dari luar ditambah masyarakat banyak menganggap tak akan tertular Covid-19.
“Kita harus disiplin menggunakan masker karena menurut survei 70% masyarakat menganggap tidak akan tertular Covid-19. Kalau itu menyebar meskipun hanya 7% itu tetap potensi tidak menularkan, belum lagi banyak di antara mereka yang tidak memiliki gejala,” kata Dwi.
Penerapan 3M ini juga dirasakan sangat penting oleh Made Rossalita Mirah Utami, seorang penyintas Covid-19. Saat dia dinyatakan reaktif pada hasil tes cepat, dia langsung melakukan isolasi mandiri dan melakukan 3M.
Hal itu sangat penting apalagi saat itu sedang memiliki bayi usia 1,5 tahun yang rentan tertular. Tidak hanya isolasi mandiri, saat dia dinyatakan bebas Covid-19, ia tetap melakukan penerapan 3M dan mencontohkan kepada anaknya.
“Anak saya mungkin belum mengerti karena masih 1,5 tahun, tetapi saya selalu pakai masker jika keluar, saya dan suami konsisten melakukannya untuk memberinya contoh bahwa kalau keluar harus pakai masker, sama seperti keluar pakai sendal,” ujarnya.
Untuk menyebarkan gerakan 3M, Dwi pun telah menerjunkan ratusan kader yang tersebar secara multilevel, mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga teman petugas lapangan. Kita mengajak semuanya untuk menerapkan disiplin 3M untuk mencegah penularan virus.
“Kami punya banyak sekali petugas lapangan. Yang berstatus PNS sekitar 14 ribu, non-PNS ada 10 ribu, dan ada kader-kader yang jumlahnya 1,2 juta,” kata Dwi.
“Kader-kader kami secara rutin melakukan kunjungan dari rumah ke rumah ke keluarga-keluarga yang ada di Indonesia, memberikan nasihat agar terus menerapkan 3M,” kata dia
Di BKKBN, salah satu kegiatannya pun melakukan hal serupa. Ia mengatakan terdapat 800 karyawan, 2.000 orang di daerah, di lapangan 25 ribu, dan di desa 1,2 juta itu menjadi satu gerakan langkah tegak lurus dengan apa yang diperintahkan BNPB. “Itu secara satu struktur supaya bisa menyapu bersih sela yang ada di masyarakat yang belum terinformasikan masalah pencegahan, termasuk 3M,” kata Hasto. (MI/R5)
Info grafis:
Tenaga yang Mengampanyekan 3M
Jumlah Satgas Covid-19
- PNS 14 ribu orang
- Non-PNS 10 ribu orang
- Kader 1,2 juta orang
BKKBN
- Karyawan 800 orang
- Di daerah 2.000 orang
- Di lapangan 25 ribu orang
- Di desa 1,2 juta orang