DIREKTUR Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa dunia harus bersiap menghadapi virus yang “bahkan lebih mematikan” daripada Covid, yang disebutnya telah menewaskan setidaknya 20 juta orang, lapor kantor berita The Independent. WHO baru-baru ini menyatakan bahwa pandemi Covid-19 bukan lagi darurat kesehatan.
Tedros mengatakan kepada majelis kesehatan tahunannya di Jenewa bahwa sudah waktunya untuk memajukan negosiasi demi mencegah pandemi berikutnya. Dalam pertemuan Majelis Kesehatan Dunia di Jenewa, Swiss, ketua WHO membunyikan alarm bahwa pandemi Covid-19 masih jauh dari selesai.
“Ancaman munculnya varian lain yang menyebabkan gelombang baru penyakit dan kematian tetap ada,” kata Tedros.
“Dan ancaman patogen lain yang muncul dengan potensi yang lebih mematikan tetap ada,” sambungnya, dikutip dari laman India Today, Rabu, 24 Mei 2023.
Ia memperingatkan bahwa negara-negara dunia tidak boleh “mengabaikan hal ini” dan bahwa penyakit global berikutnya pasti akan “datang” suatu saat nanti.
WHO telah mengidentifikasi sembilan penyakit prioritas yang menimbulkan risiko terbesar bagi kesehatan masyarakat. Kesembilannya paling berisiko karena kurangnya metode perawatan atau kemampuan memicu pandemi, lapor Daily Mail.
“Dunia terkejut dan tidak siap menghadapi pandemi Covid-19, krisis kesehatan paling parah dalam satu abad,” kata Tedros.
“Selama tiga tahun terakhir, Covid-19 telah menjungkirbalikkan dunia kita. Hampir tujuh juta kematian telah dilaporkan, tetapi kita tahu jumlah korbannya beberapa kali lebih tinggi – setidaknya 20 juta.”
“Jika bukan kita yang melakukan perubahan yang harus dilakukan, lalu siapa lagi? Dan jika kita tidak membuatnya sekarang, lalu kapan?” tanya Tedros.
Ia mengatakan ketika pandemi berikutnya datang, dan menurutnya itu akan terjadi, maka “kita harus siap menjawab secara tegas, kolektif dan adil.”
“Komitmen dari generasi ini penting, karena generasi inilah yang mengalami betapa mengerikannya virus kecil (Covid-19),” sebut Tedros.
Deklarasi WHO disampaikan hanya empat bulan setelah Tiongkok mengakhiri pembatasan kebijakan nol-Covid yang berkepanjangan dan kemudian dilanda lonjakan besar infeksi.(MED)