HARI Pahlawan yang diperingati setiap 10 November selalu memberikan makna yang berbeda, termasuk tahun ini yang diperingati bersamaan dengan masa pandemi sejak awal 2020. Makna pahlawan pun bisa berpolarisasi di masyarakat, termasuk bagi saksi dan pelaku perjuangan yang masih ada saat ini.
Berikut ini wawancara wartawan Lampung Post Apriesti Liantiana dengan Ketua LVRI Provinsi Lampung Mayor (Purn) S Subardi.
Menurut Anda, apa makna Hari Pahlawan ini?
Menurut saya, pahlawan ini pengertiannya keberanian yang menonjol, salah satu contohnya yang pernah dilakukan yaitu pada saat para pejuang kita mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Mereka berani mengorbankan segalanya baik harta benda bahkan jiwa raganya untuk kepentingan bangsa negara.
Hari Pahlawan ini mengingatkan rangkaian-rangkaian peristiwa sebelumnya, berawal dari peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945 pada waktu itu kegiatan bangsa Indonesia setelah proklamasi yang pertama dilakukan adalah memberlakukan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, kemudian ada instruksi Presiden 30 Agustus 1945 supaya seluruh rakyat Indonesia mengibarkan bendera merah putih, lalu pada saat semangat-semangatnya mengibarkan bendera pada September 1945 sekelompok orang Belanda justru malah mengibarkan bendera Belanda. Sangat panjang sekali apabila saya ungkapkan, banyak makna tentang hari pahlawan di sini.
Bagaimana apresiasi pemerintah dan warga terhadap pahlawan?
Kalau saya lihat apresiasi pemerintah dan warga terhadap Hari Pahlawan cukup bagus, kalau sebelum di masa Covid-19 ini setiap Hari Pahlawan selalu kita peringati dengan suasana cukup baik. Tetapi sekarang ini kita cukup memaklumi bahwa kita harus berusaha mencegah penularan Covid-19.
Jadi pemerintah menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak) kepada semua orang, kami memaklumi bahwa dalam memperingati Hari Pahlawan tahun ini sedikit berbeda dengan sebelumnya.
Kalau dulu perang lawan penjajah, sekarang kita perang dengan pandemi Covid-19, bagaimana menurut Anda?
Jadi kita sekarang berada di posisi perang dengan Covid-19, kalau dulu para pejuang nyata melawan penjajah dan sekarang kita melawan Covid-19 yang tidak jelas dan sampai sekarang vaksin untuk pasien Covid-19 belum diaplikasikan.
Untuk itu salah satu cara mencegah penularan kita harus menerapkan 3M mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker. Ini perlu kebersamaan jadi ini kita anggap musuh bersama, apabila kita tidak menghadapinya bersama maka kita akan sulit mengatasi Covid-19.
Sebagai contoh, kalau dulu rasa setia kawan, rasa kepahlawanan, dan rasa rasionalisme akhirnya kita berhasil mengusir penjajah, sekarang ini apabila kita amati di satu sisi harus menghargai program pemerintah yaitu menerapkan 3M, tetapi ada juga masyarakat yang tidak percaya dengan hal ini sehingga tidak melakukan 3M. Kalau ini yang terjadi, kita akan sulit melawan musuh kita, yaitu Covid-19.
Bagaimana sosialisasi 3 M di kalangan veteran dan keluarga?
Sosialisasi 3M dilakukan dengan baik, jadi kita mengadakan rapat pleno LVRI beberapa hari lalu dengan tetap memberlakukan 3M dan memberi contoh kepada LVRI yang ada di cabang-cabang. Kemudian kita menyampaikan agar keluarga LVRI dapat mengikuti anjuran pemerintah menerapkan 3M, kemudian pada saat kapan dan di mana saja anggota veteran yang ada di daerah-daerah dapat membantu pemerintah dalam menyosialisasikan 3M. Itulah langkah-langkah yang di lakukan LVRI saat ini.
Bagaimana para veteran menjaga kekompakan dan persatuan di masa pandemi ini?
Untuk menjaga kekompakan kita tetap menjalin komunikasi WhatsApps dan lainnya, paling utamanya adalah kepala bagian yang menangani masalah personel setiap saat agar selalu berkomunikasi dengan yang ada di daerah-daerah, karena mayoritas para veteran utamanya veteran pejuang kemerdekaan ini pun usianya sudah memasuki 90 tahun semua. Jadi, kita perlu memantau saudara-saudara dan rekan-rekan kita yang berada di daerah-daerah untuk tetap memberikan dorongan semangat kepada mereka yang berada di daerah.
Bagaimana membangkitkan semangat perjuangan di kalangan muda saat ini?
Jadi kita imbau kepada generasi penerus anak muda utamanya adalah para mahasiswa, anak-anak kita yang sedang melakukan pendidikan. Bahwa mahasiswa itu merupakan manusia intelektual yudisial yang mempunyai kelebihan-kelebihan. Kemudian kita dorong agar mempunyai benang merah dengan para pejuang sebelumnya.
Jadi kita harapkan mereka mampu mengenali dirinya sesuai dengan bakat dan cita-cita. Kemudian mereka mampu mencari kelemahan-kelemahan yang terjadi pada masa kini, jangan hanya mampu mengkritik saja, tetapi diharapkan mampu berinovasi menumpahkan semua tenaga, pikiran guna menutupi kekurangan tersebut untuk kepentingan bangsa dan negara. Dan diharapkan mereka menjadi pahlawan masa kini.
Apa harapan Anda terhadap jasa pahlawan?
Jadi harapan kita bahwa setelah Indonesia merdeka diwariskan yaitu UUD 1945 dan Pancasila sebagai sarana berbangsa dan bernegara. Di dalam UUD terdapat cita-cita perjuangan bangsa, jadi cita-cita perjuangan bangsa yang tersurat di dalam Pembukaan UUD 1945 itu yang pertama adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia kemudian memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Diharapkan generasi penerus baik yang masih berkesempatan mengelola bangsa dan negara ini, yang masih berpendidikan diharapkan ada kesinambungan di dalam mewujudkan cita-cita perjuangan yang tersurat dalam UUD 1945.
Diharapkan kelak bangsa Indonesia benar-benar merasakan masyarakat yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur, makmur dalam keadilan. Itulah harapan kita sebagai orang tua kepada generasi penerus bangsa. (R5)