Sedia Mantel Sebelum Hujan

NUR JANNAH MEMASUKI musim hujan seperti saat ini, mantel hujan menjadi pilihan mereka yang suka beraktivitas di luar rumah dan sering bepergian. Sedia mantel sebelum hujan, demikian ungkapan yang sering didengungkan orang. Dengan kegunaannya yang menyelubungi tubuh, baju panjang yang tebal itu membuat orang-orang tetap beraktivitas meski hujan terus mengguyur. Puluhan jas hujan warna-warni dengan berbagai bentuk dan ukuran tergantung di sepanjang pertokoan di Jalan Urip Sumoharjo, Gunungsulah, Way Halim, Bandar Lampung. Tempat ini menyediakan berbagai jenis jas hujan dengan harga yang bervariasi. Tidak heran, jika tiap musim hujan, omzet dan penjualan jas hujan meningkat hingga dua kali lipat ketimbang hari biasa. Asmardi, satu di antara sejumlah pemilik toko yang menjual jas hujan dan helm, mengungkapkan omzet penjualan jas hujan lumayan meningkat saat ini. Hal ini berbeda dengan saat sebelum musim hujan. Namun, hujan seperti saat ini belum pada puncaknya sehingga berpengaruh pada penjualan jas hujan yang belum begitu banyak. "Kalau musim hujan ya lumayan meningkat. Kalau hari-hari biasa paling cuma ada yang beli satu atau dua," kata Asmardi yang telah berjualan jas hujan selama sembilan tahun. Menurutnya, bentuk dan model jas hujan bervariasi seperti jas hujan untuk anak-anak dan dewasa. Ada yang berbentuk seperti kelawar, rok, dan lainnya. Harganya bervariasi mulai dari Rp50 ribu—Rp250 ribu, tergantung kualitas bahannya. Saat puncak musim hujan, kata Asmardi, satu hari tokonya mampu menjual 2—3 lusin jas hujan per hari dengan berbagai model dan merek. Ia mendapatkan barang-barang tersebut dari Jakarta, Bandung, dan sekitarnya. "Kalau pas rame, eceran sehari bisa 2—3 lusin. Tetapi, kalau sekarang masih banyak panasnya. Sering mendung tapi belum hujan." Bahaya Asmardi menambahkan untuk mantel hujan model ponco (kelelawar) tidak disarankan. Sebab selama ini jas hujan model ini sering masuk roda motor dan hal itu berbahaya bagi yang mengenakannya. Meski demikian, ia juga tetap menyediakan jas hujan jenis tersebut. "Kalau yang model kelelawar itu, tidak. Biasanya kami beri tahu sebaiknya jangan digunakan. Pilih model lain saja," ujarnya. Penjual jas hujan lainnya, Hendri, menjelaskan puncak musim hujan biasanya pada Desember. Menurutnya, pembeli biasa membeli jas hujan untuk persediaan. Ada bermacam jas hujan dengan aneka bahan seperti dari karet, parasut, dan puring. Salah satu pembeli jas hujan, Adiansyah, mengatakan membeli mantel untuk persiapan memasuki musim hujan. Ia membeli dua jenis jas hujan sekaligus dengan bentuk dan motif berbeda. "Kebetulan sekalian lewat, mampir. Belinya jenisnya berbeda tapi harganya masih sama. Yang murah saja, "kata dia. Warga Jalan Imam Bonjol itu mengaku jas hujannya masih terawat. Menurut Adiansyah, ia membeli jas hujan tidak setiap tahun. "Karena yang lama sudah bolong, jadi beli lagi. Baru dua kali ini saya beli jas hujan. Kan tidak setiap hari dipakai jadi awet," ujarnya.(M1) nur@lampungpost.co.id ============================================ Warga Diimbau Waspada KEPALA Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lampung Rudi Harianto memperkirakan musim hujan di Lampung tahun ini secara umum mulai November hingga pekan ketiga April 2019. Menurutnya, kondisi musim hujan kali ini masih normal ketimbang tahun sebelumnya. Rudi juga memprediksi puncak musim hujan terjadi Januari—Maret 2019. "Musim hujan tahun ini terpantau sedang, normal dibanding dengan tahun lalu," kata dia di ruang kerjanya beberapa hari lalu. Rudi menambahkan untuk siklus hujan selama tiga hari ke depan Lampung di atas Pulau Kalimantan sehingga memicu terjadinya belokan angin di wilayah Lampung sebelah utara dan timur. Selain itu, ada pertemuan massa angin (konvergensi). Menurutnya, hal tersebut bisa meningkatkan potensi pertumbuhan awan konvektif untuk menunjang terbentuknya awan hujan. Maka, Rudi mengimbau masyarakat terus waspada dan mengantisipasi musim hujan. Terkait prediksi banjir, ia menyatakan peningkatan intensitas curah hujan tidak menjadi faktor utama dan tunggal penyebab bencana tersebut. Ada juga letak geografis suatu daerah dan perilaku hidup masyarakat yang memengaruhi terjadinya banjir. "Imbauan kami kepada masyarakat supaya tetap waspada dan hati-hati terhadap dampak yang ditimbulkan seperti banjir, genangan, tanah longsor maupun angin kencang," ujarnya. (NUR/M1)

Sedia Mantel Sebelum Hujan

Tiap musim hujan, omzet dan penjualan jas hujan meningkat hingga dua kali lipat ketimbang hari biasa.

Kasih Putih

EIG Rilis Clinelle Terbaru

Wandi Barboy

EIG Rilis Clinelle Terbaru

Pengusaha Tunggu Teknis Pergub Elpiji 3 Kg

13 Tim ke 32 Besar

Digerebek, Bandar Narkoba Lompat dari Lantai III

City Menang, MU Ditahan Imbang

BERITA TERBARU

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

Koran Digital Lampung Post, Edisi Jum’at, 26 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 23 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 24 September 2025

Koran Digital Lampung Post, Edisi Sabtu, 27 September 2025

Tentang Kami

Alamat Kami

Iklan & Sirkulasi