Bandar Lampung (Lampost.co)–Wangi buah durian begitu menyengat hidung saat melintasi lapak pedagang durian dadakan di sepanjang jalan protokol di Bandar Lampung. Bagi penyuka buah berduri ini, aroma yang menggoda penciuman itu jangan sampai terlewatkan begitu saja, harus sambangi dan tentu saja mencicipinya.
Musim buah durian sudah terlihat di Kota Tapis Berseri. Beberapa jalan protokol tampak lapak pedagang durian, baik yang menggelar dagangannya di pinggir trotoar, sampai menggunaka mobil maupun motor. Seperti terlihat di kawasan Telukbetung, Pahoman, Labuhanratu, hingga di Jalan Ki Maja-Ratu Dibalau Way kandis, hingga ke arah Jatimulyo.
Uniknya lagi, tak ada lapak durian yang sepi. Selalu ada pembeli. Apalagi saat liburan pergantian tahun, pengunjung dari luar Lampung pun terlihat ramai. Mereka menikmati buah beraroma yang rasanya manis dan sedikit berfermentasi itu.
Banjirnya buah durian di Bandar Lampung ternyata bukanlah dari Lampung, melainkan dari Bengkulu dan Palembang. Pedagang juga menyediakan tempat untuk pembeli makan di tempat. Ada meja-meja kecil dan air untuk cucian tangan serta tisu. Pembeli tinggal memilih durian yang diinginkan.
Menurut para pedagang, buah durian di Lampung masih belum panen. Seperti yang Rizky katakan, pedagang durian di Jl. Ratu Dibalau, Bandar Lampung, bahwa durian di lapaknya berasal dari Manna, Bengkulu. Setiap hari dapat pasokan durian dari Bengkulu sebanyak satu sampai empat minibus, yang tiap kendaraan berisi 1.000 sampai 1.200 butir.
Variasi HargaLapak
“Alhamdulillah setiap hari bisa terjual 700-800 butir, dengan harga bervariasi, mulai dari Rp25 ribu sampai Rp60 ribu per butir sesuai ukuran,” ujarnya, Jumat, 3 Januari 2025.
Rizky merupakan warga Kotabumi, Lampung Utara. Namun, sejak musim durian ini ia membuka lapak di Bandar Lampung. Ada dua tempat, yakni di Pahoman sampung SMK Arjuna dan di Way Kandis dengan menyewa lapak di pinggir jalan.
“Namanya pedagag, cari lokasi yang strategis sampe ke Bandar Lampung. Di Way Kandis ini cukup ramai dan pasti ada saja pembeli. Di Pahoman juga rami,” ucapnya.
Salah satu strategi berdagang Rizky yakni membuka no rekening bank. “Jadi kalau ada pembeli yang tak membawa uang cash, bisa transfer. Ini memudahkan saja untuk transaksi, kan kadang pembeli tak membawa uang cukup,” paparnya yang buka lapak dari jam 11 siang sampai tengah malam.
Pembeli boleh pilih dan cicip dulu sebelum durian dibelah. Kalau durian tidak manis, masih bisa termanfaatkan dengan mengolahnya menjadi tempoyak. “Tempoyak bisa buat campuran sambat seruit,” kata Rizky.
Sementara Yedi, pedagang durian lain di Way Kandis, mengaku duriannya berasal dari Palembang. “Kalau ini dari Palembang, bisa memilih sesuai harga, boleh tawarlah sedikit harganya,” kata pria berambut blonde itu.
Sementara Dian, salah satu pembeli asal Telukbetung, mengatakan membeli durian karena anaknya menyukai buah beraroma ini. Bahkan, kerabatnya dari Jakarta dan Depok juga selalu mampir ke Lampung kalau sedang musim durian. “Kata mereka durian di Lampung ini enak, manis dan pulen,” ujarnya.