Jakarta (Lampost.co)– Serial televisi asal Malaysia bertajuk “Bidaah” yang tayang di platform streaming Viu sejak 6 Maret 2025, kini menjadi perbincangan hangat di jagat maya.
Serial ini berhasil menarik perhatian publik dengan cepat. Tak hanya karena alur ceritanya yang kontroversial, tetapi juga berkat kekuatan karakter-karakter yang nereka tampilkan. Termasuk sosok pemimpin sekte sesat yang memicu rasa penasaran sekaligus kecemasan para penonton.
Pengamat media sosial sekaligus Koordinator Bijak Bersosmed, Enda Nasution, turut memberikan pandangannya mengenai fenomena viralnya “Bidaah”.
Baca juga: Serial Bidaah Viral, Bongkar Sekte Sesat: Ini Sinopsis dan Cara Nontonnya
Sosok yang terkenal luas sebagai ‘Bapak Blogger Indonesia’ ini menilai bahwa keberhasilan “Bidaah” tak lepas dari kombinasi kuat antara jalan cerita yang unik. Serta akting memukau dari para pemeran utamanya, terutama karakter Walid yang banyak menjadikan meme dan bahan diskusi.
“Karakter yang memainkan dengan meyakinkan membuat banyak orang yang terkesan dan memorable. Serta jadi ingin share ke orang lain via medsos,” ungkap Enda.
“Jadi, ini adalah kombinasi antara cerita yang kuat dan aktor yang tepat. Akhirnya, serial ini bukan hanya viral. Tapi juga mendapat promosi tambahan dari warganet. Baik dalam bentuk meme, cuplikan video, atau ulasan pribadi.”
Strategi Promosi
Menurut Enda, fenomena viral seperti ini bisa terjadi karena adanya dua jenis strategi promosi yang saling mendukung. Promosi yang memang terancang secara resmi oleh tim produksi dan promosi organik yang tumbuh dari respons alami penonton.
Tak jarang, promosi yang awalnya bersifat organik. Misalnya karena cuplikan adegan yang menganggap mengejutkan atau dialog yang relatable. Kemudian sadar memiliki potensi besar dan akhirnya ikut terdorong oleh tim pemasaran resmi serial tersebut.
Lebih jauh, Enda menambahkan bahwa daya tarik dari sebuah film atau series sering kali terletak pada kemampuannya meninggalkan kesan yang kuat. Baik positif maupun negatif.
“Entah itu horor banget, sedih banget, atau lucu banget. Apapun yang menimbulkan emosi yang kuat akan membuat kita lebih terdorong untuk membagikannya kembali di media sosial,” jelasnya.
Tak hanya sekadar hiburan, menurut Enda, film dan serial kini sudah menjadi bagian dari ekosistem budaya populer yang setara pentingnya dengan buku, fashion, dan musik. Dalam konteks ini, pengaruh dari teman sebaya hingga influencer sangat signifikan dalam menentukan apa yang akan ‘naik’ dan menjadi perbincangan di dunia maya.
“Makanya, inspirasi dari teman atau influencer menjadi penting. Mereka bisa menjadi pemicu awal dari viralnya sebuah karya,” pungkasnya.
Pilihan Tontonan
Bidaah tampaknya berhasil memanfaatkan momentum ini. Di tengah makin kompetitifnya industri OTT (Over The Top) dan banyaknya pilihan tontonan. Serial ini menonjol lewat keberanian mengeksplorasi tema yang belum banyak disentuh di perfilman Malaysia.
Isu keagamaan yang sensitif, praktik penyimpangan dalam kelompok kepercayaan, dan dilema moral dari pengikut sekte. Semua itu mengemas dalam narasi yang intens dan sinematografi yang mendukung suasana mencekam.
Dengan kombinasi antara narasi kuat, karakter ikonik, strategi promosi berlapis, serta daya sebar yang tinggi di media sosial, “Bidaah” menjadi bukti bahwa konten lokal pun bisa mengguncang jagat teknologi dan menembus batas audiens regional. Ke depan, akan menarik untuk melihat bagaimana tren ini memengaruhi produksi serial lainnya di Malaysia dan Asia Tenggara secara keseluruhan.