Bali (Lampost.co)–– Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier yang digelar dengan penuh kekhusyukan di Bali mencuri perhatian publik. Tak hanya karena keindahan suasananya, namun juga karena keunikan dan makna mendalam dari kain batik yang di kenakan pasangan selebriti tersebut.
Di balik kain batik spesial itu, terdapat peran besar aktris dan desainer Asri Welas. Ialah yang memfasilitasi terciptanya kain batik penuh filosofi bernama “Denyut Semesta.”
Lukisan Orang Tua Mendiang di Balik Denyut Semesta
Pada prosesi melukat ritual penyucian diri yang menjadi bagian sakral sebelum akad nikah Luna Maya dan Maxime mengenakan kain batik Denyut Semesta yang istimewa.
Bukan sekadar kain, Denyut Semesta merancang khusus dengan lukisan wajah orang tua mendiang dari masing-masing mempelai. Permintaan ini disampaikan langsung oleh Luna Maya dan Maxime kepada Asri Welas.
“Ia (Luna) bilang, ‘Papahku nggak bisa lihat aku menikah, jadi aku ingin ada gambarnya di kain aku.’ Maxime juga sama, ibunya sudah meninggal. Ia minta foto masa kecilnya bersama sang ibu ada di kain batiknya. Supaya mereka bisa ‘hadir’ dalam pernikahan mereka,” ujar Asri Welas.
Permintaan itu Asri dan timnya wujudkan dengan penuh dedikasi. Memastikan gambar yang terpampang bukan hanya menghias kain. Namun membawa pesan emosional dan spiritual yang mendalam.
Melibatkan 1000 Pengerajin dan 11 Warna dari Suku Dayak
Proses pembuatan kain batik Denyut Semesta bukanlah hal yang sederhana. Asri Welas mengungkapkan bahwa kain tersebut melewati proses panjang dari kapas mentah. Hngga menjadi lembaran kain yang penuh makna.
Kain ini yang menenun dan mengerjakannya oleh lebih dari 1.000 orang, dan proses pewarnaannya menggunakan warna-warna alami dari 11 suku Dayak di Kalimantan. Menjadikannya simbol keanekaragaman budaya Nusantara yang bersatu dalam satu kain.
“Kain itu kami buat dari kapas, ditenun, lalu pewarnaannya memakai teknik alami yang diambil dari 11 suku Dayak. Kami ingin setiap prosesnya membawa energi positif dan budaya luhur Indonesia,” jelas Asri.
Teknik Tradisional Ba dan Tik, Simbol Filosofi dan Doa
Tak hanya kaya warna, batik Denyut Semesta juga dibuat dengan teknik kuno dan tradisional yang jarang di pakai dalam produksi massal. Asri menyebut adanya teknik “Ba” dan “Tik” dalam proses pembuatan batik ini.
Teknik Ba: penggunaannya untuk memeras, menyipratkan, dan menggores batik. Menciptakan motif yang kuat namun tetap alami.
Teknik Ti Mengandung simbol dan doa, yang menuangkan dalam motif sebagai bentuk harapan bagi pasangan pengantin.
Motif-motif tersebut bukan sekadar hiasan, tetapi menyimpan filosofi doa dan harapan: dari kemakmuran. Kesuburan, hingga harapan akan welas asih dalam rumah tangga mereka.
“Karena Luna bekerja di industri kreatif, di kain itu juga kami tuangkan doa agar dia terus kreatif. Dan semoga mereka segera diberi keturunan yang baik,” tutur Asri.
Reaksi Luna Maya dan Maxime Bouttier: Bahagia dan Tersentuh
Melihat hasil akhir dari kain batik Denyut Semesta, Luna dan Maxime disebut sangat tersentuh dan bahagia. Kehadiran sosok orang tua mereka dalam bentuk visual di kain batik menjadi momen yang sangat personal dan emosional bagi keduanya.
“Mereka sangat senang. Karena melalui kain itu, mereka bisa menyampaikan rasa rindu pada orang tua yang sudah tiada. Saya juga merasa bahagia bisa menjadi bagian dari momen sakral itu,” ungkap Asri dengan penuh haru.
Makna Denyut Semesta: Simbol Cinta dan Keabadian
Nama Denyut Semesta sendiri menggambarkan konsep keselarasan alam semesta, menyatu dengan cinta manusia.
Dalam pernikahan Luna dan Maxime, kain ini menjadi simbol keabadian, penghubung antara yang hidup dan yang telah tiada, serta lambang keberkahan dalam perjalanan rumah tangga mereka.