Bandar Lampung (Lampost.co) — Film Indonesia terbaru bertajuk Gowok: Kamasutra Jawa mengupas sisi tersembunyi dari budaya seksual di Jawa yang sering masyarakat salahpahami. Hanung Bramantyo mengarahkan film itu dengan pendekatan sejarah dan sastra, bukan sekadar eksploitasi sensualitas.
Kamasutra Jawa, Bukan Sekadar Gaya Bercinta
Mendengar istilah Kamasutra, orang kerap membayangkan panduan posisi seksual. Padahal, naskah aslinya adalah teks filsafat kuno dari India, tulisan Vatsyayana. Isinya menyentuh cinta, etika, hingga spiritualitas.
Di Indonesia, budaya Jawa menyimpan versi lokalnya melalui konsep gowok. Film itu memperkenalkan kembali tradisi tersebut ke publik modern.
Apa Itu Gowok? Guru Seksualitas dari Masa Silam
Pada era awal 1900-an, di lingkungan bangsawan Jawa, gowok memiliki peran penting dalam pendidikan rumah tangga. Mereka adalah perempuan dewasa yang mengajari pemuda tentang relasi suami istri.
Bukan sekadar bicara teknik, gowok mengajarkan empati, pemahaman emosional, dan tanggung jawab dalam hubungan intim. Mereka dihormati sebagai guru kehidupan.
Film Terinspirasi dari Kitab Sastra Jawa, Serat Centhini
Hanung Bramantyo menggunakan Serat Centhini sebagai sumber utama cerita. Naskah sastra itu tertulis pada abad ke-19 atas perintah bangsawan Surakarta, memuat filsafat, spiritualitas, seksualitas, hingga resep makanan.
Alih-alih vulgar, Serat Centhini membahas seks dengan bahasa puitis dan penuh makna. Hanung memilih judul Kamasutra Jawa agar mudah menarik perhatian publik luas.
Sinopsis Gowok: Kamasutra Jawa
Raihaanun berperan sebagai Ratri, gadis cerdas yang Nyai Santi, seorang gowok legendaris, besarkan. Ia jatuh cinta pada Kamanjaya (Reza Rahadian), bangsawan muda yang berjanji menikahinya, lalu mengingkari.
Dua dekade kemudian, Kamanjaya kembali membawa anak laki-lakinya, Bagas. Tanpa sadar, Bagas jatuh cinta pada Ratri. Konflik cinta dan dendam pun meledak.
Deretan Aktor dan Aktris Ternama Indonesia
Film itu bersama aktor papan atas seperti:
- Raihaanun sebagai Ratri
- Reza Rahadian sebagai Kamanjaya
- Donny Damara
- Slamet Rahardjo
- Lola Amaria
- Devano Danendra
- Alika Jantinia
Dengan jajaran pemain kuat, drama itu tampil dengan kualitas sinematik tinggi dan penuh emosi.
Tayang Perdana di Festival Film Internasional
Sebelum rilis di Indonesia pada 5 Juni 2025, Gowok: Kamasutra Jawa lebih dulu terputar di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025. Film itu hadir dalam dua versi: 17+ dan 21+ demi menyesuaikan regulasi dan kenyamanan penonton.
Gowok dan Pendidikan Seks dalam Budaya Nusantara
Hanung ingin mengingatkan pendidikan seksual bukan hal baru bagi leluhur Indonesia. Mereka punya cara sopan, spiritual, dan penuh empati dalam membahas cinta dan tubuh.
Namun, setelah kolonialisme dan tekanan moral pasca-1965, banyak budaya lokal seperti gowok dianggap menyimpang dan hilang dari ingatan kolektif.
Pesan Sosial yang Relevan di Era Modern
Di zaman serba digital, banyak remaja belajar seks dari sumber tidak kredibel. Namun, Hanung menunjukkan pendekatan leluhur jauh lebih arif lewat film itu. Seks bukan menjadi bahasan tabu, melainkan bagian dari perjalanan menjadi manusia utuh.
Gowok: Kamasutra Jawa bukan sekadar film erotis, melainkan kisah tentang cinta, dendam, nilai budaya, dan pendidikan warisan elegan dari leluhur Nusantara. Selain itu, film tersebut mengajak menengok masa lalu demi memahami masa kini.