Jakarta (Lampost.co)- Film HOPE yang diproduksi oleh SAVID Media mengangkat realitas masyarakat di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Sutradara HOPE, David Tahir Setiawan, menilai bahwa Sumba memiliki keindahan alam yang luar biasa. Namun, ia juga menyoroti ketidakadilan yang masih dialami masyarakat setempat.
David mengungkapkan bahwa Sumba memiliki potensi besar, tetapi ironisnya, masyarakat lokal sering kali tidak dapat memanfaatkan tanah mereka sendiri. Hal ini disebabkan oleh pembelian lahan oleh pihak asing yang justru menghalangi akses masyarakat setempat.
baca juga : Kedekatan Prilly Latuconsina dan Dikta, Cinlok atau Sekadar Teman?
Kepedulian David terhadap kondisi Sumba dituangkan dalam film HOPE. Film ini menggambarkan berbagai permasalahan sosial, seperti kawin paksa, perbudakan, dan ketidaksetaraan gender yang masih terjadi di sana. Ia merasa terpanggil setelah mengunjungi Sumba dan melihat langsung potensi dan masalah yang ada.
Salah satu inspirasi utama dalam pembuatan film ini adalah keinginan masyarakat Sumba untuk mendapatkan pendidikan. Film ini menampilkan ketidakadilan dalam akses pendidikan, di mana anak laki-laki dapat bersekolah sementara anak perempuan hanya mengurus pekerjaan rumah tangga.
David juga melakukan riset mendalam tentang tradisi di Sumba yang belum banyak diketahui oleh orang luar. Hal ini memperkuat pesan yang ingin disampaikan melalui film HOPE.
baca juga : Baim Wong Ungkap Alasan Gugat Cerai Paula Verhoeven
David berencana mengirimkan film HOPE ke festival nasional dan internasional. Namun, untuk menjangkau lebih banyak penonton, film ini juga akan diunggah di kanal YouTube SAVID Media agar lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Selain membuat film, David juga bekerja sama dengan organisasi non-profit Hope For Sumba yang bertujuan meningkatkan pendidikan di Sumba. Mereka mengirimkan bahan belajar dan melakukan penggalangan dana untuk membantu masyarakat setempat, bekerja sama dengan UNICEF dalam mendistribusikan bantuan.
Film ini diharapkan dapat membuka mata dunia tentang realitas hidup di Sumba dan menginspirasi lebih banyak orang untuk peduli terhadap masalah pendidikan dan ketidakadilan di sana.