Jakarta (Lampost.co) — FILM Indonesia berjudul Women from Rote Island menjadi perwakilan untuk masuk nominasi ajang Academy Awards atau Piala Oscar 2025. Proses pemilihan dan kurasi untuk mengirim perwakilan itu langsung dari Komite Seleksi Oscar Indonesia.
Komite itu terdiri dari sembilan insan perfilman, yakni Slamet Rahardjo, Garin Nugroho, Ilham Bintang, Alim Studio, Cesa David Luckmansyah, Ratna Riantiarno, Nur Hidayat, Sha Ine Febriyanti, dan Deddy Mizwar.
Film itu menampilkan kisah mengharukan tentang perjuangan perempuan dalam menghadapi diskriminasi dan tradisi yang mengakar. Film Women from Rote Island dibintangi sederet pemain baru, seperti Linda Adoe, Sallum Ratu Ke, Irma Rihi, Van Jhoov, dan lainnya.
BACA JUGA: Piala Oscar 2024, Robert Downey Jr dan Cillian Murphy Raih Penghargaan Perdana
Deddy Mizwar berharap adanya dukungan penuh dari berbagai pihak untuk film Women from Rote Island sehingga mendapatkan atensi dewan juri Piala Oscar. Sebab, sebuah film harus melakukan promosi habis-habisan dengan biaya besar.
Tujuannya film itu menarik perhatian juri dan kemudian ditonton dengan harapan terpilih maju ke babak seleksi selanjutnya.
“Hasil evaluasi kami, dukungan promosi film di Piala Oscars paling lemah. Sulit bagi panitia untuk menarik perhatian juri dan masyarakat di ajang itu,” kata Deddy.
Padahal, misinya tidak hanya untuk memboyong Oscars. Namun, turut meletakkan film Indonesia di dalam peta film dunia. Film Women from Rote Island berkisah tentang Martha yang merupakan tenaga kerja indonesia (TKI) ilegal yang berkerja di Malaysia.
Sinopsis Women From Rote Island
Martha dalam kondisi depresi berat karena menjadi korban pemerkosaan di perkebunan tempatnya bekerja sebagai buruh kelapa sawit.
Martha pulang ke kampungnya di Pulau Rote setelah sang ayah meninggal. Namun, penderitaan Martha terus berlanjut karena harus dipasung dengan alasan sakit jiwa. Dalam kondisi itu, Martha kembali mengalami pemerkosaan hingga hamil.
“Saya sangat menikmati syuting bersama aktor lokal yang sangat luar biasa. Sebab, saya ingin memberikan ranah kepada para generasi baru yang memiliki bakat. Lewat film ini, kami sama-sama mengampanyekan stop kekerasan seksual,” kata Jeremias Nyangoen.
Tim produksi dan pemain juga ingin menyampaikan kepada para korban kekerasan seksual untuk berani bersuara lewat film itu. “Kami sebagai perempuan atau siapapun yang merasakan kekerasan, baik verbal atau non verbal harus berani speak up dan melawan,” kata Sallum Ratu.