Jakarta (Lampost.co)— Jagat maya tengah diramaikan dengan polemik yang melibatkan grup band punk asal Purbalingga, Sukatani. Lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar” mendadak viral, namun kemudian menarik dari seluruh platform musik digital setelah menuai kontroversi.
Keputusan ini juga di ikuti dengan permintaan maaf dari dua personel Sukatani, Muhammad Syifa Al Lutfi alias Alectroguy dan Novi Citra Indriyati alias Twister Angel, kepada Kapolri dan institusi Polri.
Sosok di Balik Twister Angel
Nama Novi Citra Indriyati atau yang lebih terkenal dengan nama panggung Twister Angel kini menjadi sorotan. Selain sebagai vokalis Sukatani, Novi publik ketahui pernah berprofesi sebagai guru di sebuah Sekolah Islam Terpadu di Purwareja.
baca juga: Kontroversi Lagu ‘Bayar Bayar Bayar’ Bawa Sukatani ke Puncak Popularitas
Namun, berdasarkan data dari GTK Kemdikbud, statusnya sebagai guru sudah tidak aktif sejak 13 Februari 2025. Kepala Bidang Advokasi Guru Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Iman Zanatul Haeri, menyoroti pentingnya perlindungan hak-hak guru.
Ia menegaskan bahwa seorang guru tidak bisa di berhentikan secara sepihak tanpa alasan yang jelas. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Perjalanan Sukatani di Dunia Musik
Sukatani mulai menapaki dunia musik sejak 2022 dengan mengusung genre post-punk dan new wave khas era 1980-an. Band ini terkenal dengan aksi panggung unik, seperti mengenakan topeng dan membagikan sayuran kepada penonton sebagai simbol perlawanan dan perjuangan kaum petani.
Album perdana mereka, Gelap Gempita, yang rilis pada 24 Juli 2023. Mendapat sambutan hangat dari para penggemar musik independen.
Namun, lagu “Bayar Bayar Bayar” yang merupakan bagian dari album ini justru menjadi pemicu kontroversi. Meskipun tidak secara eksplisit menyebut institusi tertentu, lagu tersebut dugaannya mengandung kritik terhadap oknum kepolisian.
Reaksi Publik: Pro dan Kontra
Setelah video permintaan maaf dari personel Sukatani beredar, respons publik pun terpecah. Sebagian besar netizen memberikan dukungan kepada band ini.
Publikk menilai bahwa lagu tersebut merupakan bentuk ekspresi kebebasan berpendapat dan kritik sosial yang sah. Tidak sedikit pula yang menganggap langkah penghapusan lagu ini sebagai bentuk pembungkaman terhadap suara masyarakat.
Namun, di sisi lain, ada pihak yang berpendapat bahwa lagu “Bayar Bayar Bayar” kurang pantas dan bisa menimbulkan kesalahpahaman. Perdebatan ini terus bergulir di media sosial. Memperlihatkan dinamika kebebasan berekspresi dan batasannya di ruang publik.
Masa Depan Sukatani
Dengan kontroversi yang tengah melanda, masa depan Sukatani di industri musik masih menjadi tanda tanya. Apakah band ini akan tetap berkarya dengan idealismenya atau memilih jalan yang lebih moderat? Yang jelas, kejadian ini telah menciptakan perbincangan luas mengenai peran musik sebagai alat kritik sosial dan batasan dalam menyampaikan pesan.
Meski lagu “Bayar Bayar Bayar” telah ditarik dari peredaran, gaungnya masih terasa di tengah masyarakat. Apakah ini akan menjadi awal baru bagi Sukatani, atau justru menjadi titik balik dalam perjalanan karier mereka? Waktu yang akan menjawab