Jakarta (Lampost.co) — Anggota Komisi X DPR dari Fraksi Gerindra, Ahmad Dhani, memberikan ide menjodohkan pemain sepak bola naturalisasi Timnas dengan perempuan Indonesia. Namun, usulan itu ternyata menuai kecaman dari Komnas Perempuan hingga melaporkannya ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR.
Atas kontroversi itu, Ahmad Dhani menegaskan gagasannya tidak bermasalah. Ia bahkan menyebut konsep tersebut sebagai bagian dari “genetic development syariah” dan mengkritik pihak-pihak yang menudingnya rasis.
“Saya tetap dalam usaha menjodohkan janda-janda di seluruh nusantara dengan bibit unggul pemain bola dari Asia maupun Eropa, tanpa peduli apa pendapat Komnas Perempuan,” kata Ahmad Dhani, Rabu (12/3/2025).
Dhani juga menantang mereka yang menilai ucapannya rasis untuk lebih memahami konsep rasisme sebelum memberikan kritik.
Usulan Naturalisasi Pemain di Atas 40 Tahun
Kontroversi itu bermula dari rapat antara Komisi X DPR dan PSSI pada Rabu (5/3/2025), yang membahas proses naturalisasi tiga pemain untuk Timnas Indonesia, yaitu Emil Audero Mulyadi, Dean James, dan Joey Pelupessy.
Ahmad Dhani mengusulkan naturalisasi pemain sepak bola berusia di atas 40 tahun. Hal itui dengan rencana strategis menjodohkan mereka dengan perempuan Indonesia.
Menurutnya, anak dari pernikahan tersebut bisa dibina menjadi pemain sepak bola berkualitas untuk masa depan Timnas Indonesia. “Pemain bola hebat yang berusia di atas 40 tahun bisa kita naturalisasi, lalu jodohkan dengan perempuan Indonesia,” ujar Dhani.
Dhani bahkan meyakini strategi itu dapat menciptakan generasi pesepak bola berbakat. Ia menambahkan pemain Muslim bisa memiliki lebih dari satu istri, sehingga dapat meningkatkan potensi lahirnya talenta sepak bola unggulan di Indonesia.
“Kita cari yang Muslim karena bisa empat istrinya. Jadi kemungkinan ada pemain dari Arab, Aljazair, Maroko yang bisa kita naturalisasi. Lalu kita carikan istri di sini. Anak mereka bisa kita bina,” lanjutnya.
Komnas Perempuan Kecam Ahmad Dhani
Pernyataan Ahmad Dhani mendapat kritik tajam dari Komnas Perempuan. Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, menilai pernyataan tersebut melecehkan perempuan, merendahkan martabat Indonesia, dan bersifat rasis.
“Ahmad Dhani menempatkan perempuan hanya sebagai mesin reproduksi dan pelayan seksual bagi suami,” ujar Andy Yentriyani.
Komnas Perempuan juga menilai gagasan tersebut melanggar prinsip kesetaraan gender dan bertentangan dengan hak-hak perempuan di Indonesia.
Pernyataan Ahmad Dhani telah memicu perdebatan luas di masyarakat. Banyak pihak mengecam ide tersebut, sementara sebagian lainnya menganggapnya sebagai perspektif baru dalam strategi pengembangan sepak bola nasional.