Jakarta (Lampost.co) – Film Pengepungan di Bukit Duri karya Joko Anwar resmi memecahkan rekor box office film aksi Indonesia. Dalam waktu 26 hari, film ini berhasil menarik lebih dari 1,85 juta penonton di seluruh Indonesia.
Poin Penting
- Pengepungan di Bukit Duri meraih 1,85 juta penonton dalam 26 hari.
- Resmi mengalahkan rekor The Raid sebagai film aksi Indonesia terlaris.
- Disutradarai, ditulis, dan diedit langsung oleh Joko Anwar.
- Diproduksi bersama Amazon MGM Studios dan Come and See Pictures.
- Diperkuat aktor kawakan dan pendatang baru berbakat.
- Isu sosial dalam film memicu diskusi luas di media sosial.
Angka tersebut melampaui capaian The Raid (2012) yang bertahan selama 13 tahun dengan 1,84 juta penonton.
Karena itu, film ini kini dinobatkan sebagai film aksi Indonesia terlaris sepanjang masa.
Kesuksesan ini menandai era baru bagi genre aksi dan thriller di industri film Indonesia.
Sebelumnya, genre ini kurang populer di kalangan penonton lokal, namun sekarang mulai mendapat perhatian besar.
Baca juga : Film Pengepungan di Bukit Duri Tuai Kritik, Ini Komentar Joko Anwar
Joko Anwar membawa harapan baru melalui film ini bagi para sineas dan penikmat genre aksi.
Selain itu, film ini menjadi tonggak penting dalam 20 tahun perjalanan karier penyutradaraannya.
Film ini diproduksi oleh Come and See Pictures bersama studio besar Amazon MGM Studios dari Hollywood.
Dalam proyek ini, Joko Anwar terlibat penuh sebagai penulis, sutradara, produser, sekaligus penyunting gambar.
Dia juga kembali menggandeng kolaborator lamanya, seperti sinematografer Jaisal Tanjung dan komposer Aghi Narottama.
Kombinasi ini memperkuat kualitas sinematik film yang berhasil menyita perhatian banyak kalangan.
Pengepungan di Bukit Duri Bertabur AKtor Senior dan Muda Berbakat
Selain aktor senior seperti Morgan Oey dan Kiki Narendra, film ini juga memperkenalkan talenta muda berbakat.
Beberapa di antaranya adalah Omara Esteghlal, Endy Arfian, Fatih Unru, dan Satine Zaneta.
Pengepungan di Bukit Duri juga memicu diskusi sosial di media sosial sejak awal penayangannya.
Isu-isu yang diangkat berhasil menyentuh realita sosial dan menggugah kesadaran publik.
Dengan pencapaian ini, film Indonesia semakin terbuka terhadap keberagaman genre dan eksplorasi tema yang mendalam.
Joko Anwar pun kembali membuktikan dirinya sebagai sutradara visioner dengan karya-karya penuh terobosan.