Jakarta (Lampost.co) – Film Pengepungan di Bukit Duri menyuguhkan adegan pertarungan intens antara Morgan Oey dan Omara Esteghlal. Sutradara Joko Anwar menghadirkan duel klimaks yang mendebarkan dalam kisah penuh ketegangan tersebut.
Poin Penting
- Film disutradarai Joko Anwar dan tayang mulai 17 April 2025 di bioskop.
- Morgan Oey dan Omara Esteghlal terlibat dalam adegan pertarungan final yang intens.
- Omara menjalani workshop selama dua bulan untuk adegan tersebut.
- Proses syuting adegan pertarungan berlangsung dua hari, dengan total 10 kali pengambilan gambar.
- Sebagian besar adegan aksi dilakukan langsung oleh aktor utama, bukan pemeran pengganti.
Omara Esteghlal mengungkapkan, adegan final itu membutuhkan dua bulan workshop.
Meski begitu, proses syuting hanya memakan waktu dua hari saja. “Workshop sekitar dua bulan. Syuting final fight berlangsung dua hari,” ujar Omara di kawasan Setiabudi.
baca juga : Pengepungan di Bukit Duri: Film Joko Anwar yang Bongkar Luka Sosial Indonesia 2027″
Ia menyebut adegan tersebut memiliki jumlah pengambilan gambar terbanyak. “Total ada sepuluh take. Kami kesulitan membuka satu loker,” katanya sambil tertawa.
Meski intens, Omara menegaskan adegan pertarungan dilakukan secara aman. Tim produksi menyiapkan lantai dengan lapisan padding untuk mencegah cedera. “Kalau jatuh tetap aman. Semua sudah dipersiapkan matang,” tambahnya dengan percaya diri.
Omara juga menyebut adegan tersebut sebagian besar dilakukan tanpa pemeran pengganti.
Namun, untuk adegan berisiko tinggi, digunakan stuntman profesional.
“Kalau adegan kepala dan benda tajam, kami serahkan ke profesional,” jelasnya.
“Tapi adegan lompat-lompatan, kami lakukan sendiri,” tambahnya.
Pengepungan di Bukit Duri tayang di bioskop mulai 17 April 2025.
Film ini juga menghadirkan Hana Pitrashata, Endy Arfian, dan Fatih Unru.
Cerita berpusat pada Edwin (Morgan Oey), yang menyamar menjadi guru SMA di Bukit Duri.
Ia mencari keponakan hilang di tengah lingkungan sekolah penuh kekacauan.
Namun, ketika kerusuhan melanda kota, sekolah berubah menjadi medan tempur.
Edwin yang bukan warga lokal harus bertahan di tengah situasi yang makin mencekam.