Jakarta (Lampost.co): Akademisi menilai bentuk salaman antara Kapolri dan Jaksa Agung adalah bentuk diplomasi.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto membuka suara terkait ketegangan hubungan Polri dengan Kejaksaan Agung.
Hadi menggandeng Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Jaksa Agung Sanitiar (ST) Burhanuddin usai acara di Istana Negara. Saat itu ketiganya menuruni tangga keluar dari ruangan istana negara dan mengajak mereka berfoto di depan awak media massa.
Menanggapi itu, Pakar Hukum Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar menilai aksi salaman yang dilakukan Kapolri dan Jaksa Agung merupakan bentuk diplomasi di tengah persaingan.
“Ya diplomasi di tengah persaingan (antara lembaga Polri dan Kejaksaan Agung),” kata Fickar kepada Media Indonesia (Grup Lampung Post), Selasa, 28 Mei 2024.
Menurutnya, penting bagi kejaksaan untuk tidak melemah dalam penindakan dan menuntut para tersangka dalam megakorupsi PT timah tersebut.
“Intinya, kejaksaan jangan sampai melemah dan tetap menuntut para tersangka korupsi timah. Kejaksaan juga perlu bongkar backingan mereka sekalipun itu menyangkut pejabat publik termasuk pejabat di kepolisian,” ujarnya.
Beredar kabar tertangkapnya seorang anggota Densus 88 Polri di sebuah restoran makanan Prancis di Cipete, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Anggota Densus itu tertangkap saat membuntuti Jampidsus Kejaksaan Agung, Febrie Adriansyah.
Febrie tengah memimpin penyelidikan kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk.
Identitas anggota Densus itu berinisial IM dan berpangkat Bripda. IM menyamar sebagai karyawan perusahaan BUMN dengan menggunakan nama inisial HRM.
Tidak sendiri, IM juga menjalankan misi bersama lima orang lainnya dengan pimpinan seorang perwira menengah kepolisian. Namun, hanya IM yang tertangkap pengawal Jampidsus saat itu.