Jakarta (Lampost.co) — Kejaksaan Agung (Kejagung) menyita uang tunai senilai Rp372 miliar milik tersangka korporasi PT Asset Pacific yang berada di bawah naungan PT Duta Palma Group, terkait kasus tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Penyitaan ini merupakan kali kedua setelah pada Senin (30/9) Kejagung menyita uang tunai senilai Rp450 miliar dari tersangka korporasi PT Asset Pacific dalam kasus yang sama.
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung, Abdul Qohar, dalam konferensi pers di Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta, Rabu, menjelaskan bahwa uang tunai sejumlah Rp372 miliar itu merupakan hasil dari penyitaan pada Selasa (1/10) dan pada Rabu ini.
Baca juga: Kasus Pencucian Uang Duta Palma, Kejagung Sita Gedung, Helikopter dan Uang Rp450 Miliar
Dalam penggeledahan yang dilakukan pada Selasa (1/10), tim penyidik mendatangi Gedung Menara Palma, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Di sana, penyidik menemukan uang tunai senilai Rp40 miliar yang dimasukkan dalam sembilan koper dan uang tunai senilai 2 juta dolar Singapura.
“Bila di jumlah total, di rupiahkan, penggeledahan pertama semuanya berjumlah sekitar Rp63,7 miliar,” kata Abdul.
Lalu, pada Rabu ini, penyidik kembali melakukan penggeledahan di kantor PT Asset Pacific yang berada di Gedung Palma Tower Lantai 22, 23, dan 24, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Dari penggeledahan itu, tim penyidik menemukan uang tunai sebanyak sekitar Rp149 miliar. “Penggeledahan ini baru setengah jam yang lalu dan lalu kami bawa ke Gedung Bundar (Gedung Kejaksaan Agung),” kata Abdul.
Mata Uang Asing
Selain rupiah, penyidik juga menemukan uang dari mata uang negara lain, yakni mata uang dolar Singapura senilai 12.514.200 dolar Singapura, uang dolar Amerika Serikat (AS) senilai 700 ribu dolar AS, dan uang yen senilai 2.000 yen.
Dengan demikian, penyidik menyimpulkan bahwa total perkiraan barang bukti baru yang di sita dalam penggeledahan pertama dan kedua adalah sebesar Rp372 miliar.
“Uang tunai yang telah di peroleh kami duga merupakan hasil tindak pidana sebagaimana yang telah di sangkakan kepada tujuh perusahaan korporasi, yaitu tindak pidana korupsi dan TPPU,” ucapnya.
Tujuh perusahaan itu adalah PT Palma Satu (korupsi dan TPPU), dan PT Siberida Subur (korupsi dan TPPU). Lalu PT Banyu Bening Utama (korupsi dan TPPU) dan PT Panca Agro Lestari (korupsi dan TPPU). Selanjutnya PT Kencana Amal Tani (korupsi dan TPPU), PT Asset Pacific (hanya TPPU), dan PT Darmex Plantations (hanya TPPU).
Penyitaan itu berdasarkan pengembangan penyidikan dalam perkara Surya Darmadi dan mantan Bupati Indragiri Hulu, Raja Thamsir Rachman. Surya Darmadi merupakan terpidana kasus korupsi lahan sawit PT Duta Palma Group di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Dengan nilai kerugian negara senilai Rp100 triliun.