Bandar Lampung (Lampost.co) — Tim Tangkap Buron (Tabur) Kejati Lampung dan Kejari Bandar Lampung menangkap DPO bernama Akhmad Azani Kesuma, Kamis, 31 Juli 2025 siang.
Ia tertangkap pada Perumahan Permata Asri Blok M no 4 RT 06 Dusun Karang Mas, Desa Karang Anyar, Jati Agung Lampung Selatan. Ia masuk dalam DPO berdasarkan Surat Perintah Operasi Intelijen Kepala Kejaksaan Tinggi Lampung Nomor : SP.OPS-57/L.8/Dti.2/07/2025 Tanggal 04 Juli 2025.
Sementara penangkapan Azani merupakan bentuk pelaksanaan Putusan Mahkamah Agung Nomor : 411K/Pid/2017 tanggal 24 Mei 2017. Ia terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana.
“Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri. Ia melawan hukum menyewakan tanah tempat orang menjalankan hak rakyat Indonesia (inlands gebruikrecht). Lalu memakai tanah itu, ia tahu orang lain berhak atau turut berhak atas tanah itu” sebagaimana tertuang dalam Pasal 385 Ayat 4 KUHPidana.
“Terpidana kita amankan karena ketika kita panggil untuk eksekusi menjalani putusan. Terpidana tidak datang memenuhi panggilan yang sudah tersampaikan secara patut. Dan oleh karenanya terpidana masuk dalam daftar pencarian orang (DPO),” ujar Kasi Intel Kejari Bandar Lampung M. Angga Mahatma, Kamis, 31 Juli 2025.
1 Tahun Penjara
Sementara itu, ia tervonis 1 tahun penjara, berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Tanjungkarang Nomor. 311/Pid.B/2016/PN Tjk, pada sidang yang tergelar 19 Juni 2016 lalu. Akhmad Azani terbukti secara bersalah melanggar Pasal 385 Ayat (4) KUH.
“Bagi Masyarakat yang mengetahui informasi terkait keberadaan para DPO. Agar dapat menghubungi Kejaksaan Tinggi Lampung. Kepada para DPO kami nyatakan tidak ada tempat yang aman untuk bersembunyi dan kita himbau untuk menyerahkan diri,” katanya.
Saat ini Akhmad Azani berada pada Kejati Lampung. Dan akan dieksekusi untuk menjalani hukuman pada Rutan Kelas I Bandar Lampung.
Perbuatan Akhmad Azani bermula pada tahun 2013. Ia menyewakan tanah kepada seseorang bernama Waluyo dan Mei Osdenius. Masing-masing Rp 2 juta dan Rp 1,5 juta pertahun dan disewakan selama 3 tahun. Padahal tanah tersebut bukan miliknya, melainkan milik Nurlela Kesuma yang memilih hak atas tanah tersebut. Azani mendapatkan uang Rp. 10,5 juta dari penyewaan tanah tersebut.








