Krui (Lampost.co) — Warga sekitar Rutan Kelas IIB Krui, Edi, melihat seorang tahanan lompat dari pos pengamanan dengan ketinggian enam meter. Sabtu, 28 September 2024.
Tahanan yang masih menggunakan pakaian Rutan itu mendarat dengan dramatis di atas atap musala rumah yang tak berpenghuni.
“Dia itu buka kaca tiba-tiba loncat dan mendarat di genteng musala warga sampai pecah gentengnya,”ujarnya
Menurutnya, setelah mendarat tahanan tersebut kabur dengan keadaan pincang ke arah selatan Kantor DPRD Pesisir Barat.
“Ibu-ibu sudah teriak meliat tahanan loncat langsung kabur. Kakinya pincang sebelah,”katanya.
Sementara itu, Mita, mengatakan Narapidana itu saat kabur masih sempat membuka baju tahanan pendamping (Tamping) yang ia kenakan.
“Pake baju tampingnya di buka langsung lari lagi dalam keadaan pincang,”ucapnya
Namun, meski sudah beberapa jam kabur tidak terlihat petugas keamanan Rutan yang datang mengecek lokasi tempat pelarian tahanan.
“Tidak ada petugas yang datang ke sini sampai siang. Perawakannya sudah dewasa,”katanya.
Kelalaian Petugas
Sebelumnya, tahanan pendamping (Tamping) Rutan Kelas IIB Krui kabur loncat dari pos pengamanan, Jumat, 27 September 2024.
Tahanan tersebut berhasil kabur karena kelalaian petugas keamanan Rutan yang memberikan akses penuh selama menjadi tahanan.
Dari informasi yang terhimpun tahanan kasus pencurian sepeda motor (curanmor) tersebut baru beberapa bulan masuk Rutan, dan langsung menjadi Tamping.
Setelah beberapa bulan menjadi tamping, Usman menghapal denah lokasi untuk melakukan pelarian.Warga Bukti Kemuning, Lampung Utara itu mengambil kunci pos 2 jaga yang di cantolkan di meja komandan jaga.
Kemudian Napi menuju Pos 2 atas dan membuka pintu untuk naik tangga Pos. Seharusnya Pos tersebut di jaga ketat oleh petugas keamanan. Petugas keamanan atas nama Febrio juga tidak berada di tempat. Kemudian Usman lompat dari pos dengan ketinggian sekitar enam meter.