Jakarta (Lampost.co) — Kasus penipuan pekerjaan semakin marak dan menjadi ancaman serius bagi masyarakat digital Indonesia. Dalam setahun terakhir, employment scam masuk dalam lima besar kasus penipuan online di Tanah Air. Fenomena ini menimbulkan kerugian besar dan mengancam kepercayaan publik terhadap dunia kerja digital.
Poin Penting:
-
49% masyarakat Indonesia pernah menjadi korban penipuan pekerjaan.
-
Employment scam masuk lima besar kasus scam di Indonesia.
-
Modus utama dengan situs palsu, akun media sosial tiruan, dan permintaan uang muka.
Temuan itu terungkap dalam laporan bertajuk State of Scams in Indonesia 2025 rilis Global Anti Scam Alliance (GASA) bekerja sama dengan Mastercard dan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH). Studi ini menunjukkan, 49% responden pernah mengalami penipuan pekerjaan.
“Dari penelitian GASA, employment scam atau penipuan pekerjaan termasuk lima besar kasus scam yang paling sering terjadi. Hampir separuh responden mengaku menjadi korban penipuan pekerjaan,” ujar Chief Legal & Regulatory Officer IOH sekaligus Chairman GASA Indonesia Chapter, Reski Damayanti, saat peluncuran laporan di Google Office, Pacific Century Place, Jakarta Selatan, Jumat, 31 Oktober 2025.
Baca juga:
Scam Pekerjaan Meningkat di Era Digital
Menurut Reski, penipuan pekerjaan online menjadi salah satu bentuk scam digital yang paling berbahaya. Modusnya semakin canggih dan sulit mengenalinya karena pelaku kerap meniru identitas perusahaan resmi, termasuk BUMN dan lembaga pemerintah.
“Banyak korban yang mengecek kebenaran lowongan melalui media sosial, tapi itu tidak cukup. Para scammer kini membuat akun media sosial palsu yang tampak meyakinkan,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya peningkatan kapabilitas masyarakat dalam mengenali tanda-tanda penipuan. “Percaya diri tidak akan kena scam bukan berarti kita benar-benar kapabel. Harus terus meningkatkan kapabilitas harus melalui edukasi dan kolaborasi lintas industri,” kata Reski.
Selain edukasi, GASA juga mendorong kerja sama antara industri dan pemerintah untuk menciptakan internet yang lebih aman. Jika menemukan akun atau situs palsu, harus segera melakukan langkah pemblokiran.
Perkuat Pengawasan dan Pemblokiran
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Mediodecci Lustarini, menegaskan pemerintah telah memperkuat sinergi lintas kementerian. Kerja sama itu melibatkan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI).
“Langkah pertama adalah pencegahan dan penindakan terhadap penipuan pekerjaan berkedok lowongan kerja palsu. Kami melakukan pemblokiran situs yang terbukti menyebarkan informasi palsu, berdasarkan laporan dari Kemnaker dan P2MI,” ujarnya.
Ia mengungkapkan penipuan pekerjaan tidak hanya meniru perusahaan swasta, tetapi juga perusahaan BUMN sektor perkebunan dan industri. “Banyak situs impostor meniru situs resmi dan meminta uang kepada calon pekerja. Mereka menjanjikan akan mengirimkan ke lokasi kerja palsu,” ujarnya.
Selain pemblokiran, Kemkomdigi juga gencar melakukan literasi digital dan edukasi waspada siber melalui Pusat Pengembangan Literasi Digital. “Pemblokiran penting untuk menekan jumlah korban, tetapi literasi digital jauh lebih penting agar masyarakat tidak mudah tertipu,” kata Mediodecci.
Perlu Kolaborasi dan Literasi Digital
Laporan GASA menegaskan, upaya memerangi penipuan pekerjaan online harus bersama-sama. Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat harus membangun sistem perlindungan siber yang kuat. Edukasi publik dan deteksi dini berbasis teknologi AI juga menjadi kunci menghadapi kejahatan digital yang terus berkembang.








