Kotabumi (Lampost.co) – Proyek rehabilitasi irigasi Way Bumi Agung, Kecamatan Sungkai Jaya, Kabupaten Lampung Utara, menuai sorotan. Apalagi, pekerjaan yang menelan anggaran hingga Rp12,8 miliar pada tahun 2025 itu dugaannya menggunakan material bekas dari bangunan lama.
Sejumlah warga setempat mengaku melihat langsung pembangunan siphon irigasi atau saluran tertutup untuk mengalirkan air melewati saluran pembuang. Lalu menggunakan batu belah bekas tanggul jebol dan sebagian lainnya terambil dari aliran Way Abung.
“Kami melihat sendiri, bang. Batu yang dikirim hanya sekitar 4 mobil colt diesel. Sisanya pakai batu bekas beton lama yang dihancurkan dengan alat berat. Karena masih kurang, warga sekitar bahkan diminta mengambil batu dari sungai,” ujar salah seorang narasumber, Senin, 22 September 2025.
Kemudian warga lain menambahkan, sekitar lima pekerja diperintahkan langsung oleh mandor proyek untuk memungut batu aliran Way Abung. Selain masalah material, warga juga menyoroti dominasi pekerja dari luar kota dalam proyek tersebut. Hanya sebagian kecil tenaga kerja lokal yang terberdayakan.
“Bahkan bungkus semen masih berserakan pada lokasi, mereknya Dinamix. Bukankah ada cara untuk memastikan material sesuai spesifikasi? Kalau begini, kualitas bangunan menjadi pertanya,” tambah warga lainnya.
Minim Informasi Lokasi Proyek
Pantauan Lampost.co, menemukan tidak adanya papan proyek atau papan informasi yang biasanya wajib terpasang. Hanya ada tiang papan informasi berjarak sekitar 2 km dari lokasi, namun dalam kondisi roboh dan terbiarkan begitu saja.
Selain itu, pada lokasi juga terlihat karung semen bertumpuk dan bungkus semen yang berserakan. Dugaannya sisa material yang terpakai dalam pekerjaan.
Menanggapi tudingan itu, Alpian, perwakilan pelaksana dari PT. Bajasa Manunggal Sejati, membantah keras penggunaan material bekas. Menurutnya, seluruh pekerjaan sudah sesuai prosedur dan terawasi pihak berwenang.
“Batu yang kami gunakan semuanya baru, lengkap dengan DO pembelian. Kalau terlihat seperti bekas, itu karena terbawa arus hujan. Semen juga sudah teruji pada laboratorium Itera, Bandar Lampung,” jelas Alpian.
Kemudian soal tenaga kerja, Alpian mengatakan masyarakat lokal ikut bekerja, terutama pada posisi pekerja kasar. “Semua sudah sesuai aturan, apalagi proyek ini terawasi Balai Besar dan konsultan,” tambahnya.
Meski demikian, warga tetap berharap agar dinas terkait turun langsung melakukan pengawasan dan pemeriksaan. Mereka menilai, proyek besar dengan anggaran miliaran rupiah itu harus benar-benar terlaksanakan sesuai standar agar manfaatnya bisa terasakan masyarakat.