Kotabumi (Lampost.co): Hingga pertengahan November 2023 angka kasus positif demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Lampung Utara mencapai 124 kasus. Jumlah tersebut terus meningkat dari sebelumnya, yakni 120 kasus, per September 2023. Sejauh ini terjadi pertumbuhan 4 orang.
Meski tak mengalami pertumbuhan signifikan, usaha bersama tetap diperlukan untuk menekan angka penyebaran DBD di kabupaten setempat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lampura, Maya Natalia Manan menegaskan pihaknya terus mendorong masyarakat dalam menggalakkan pola hidup sehat dan bersih dalam menangkal berbagai penyakit. Menurutnya, yang dapat menyebabkan masyarakat sakit, khususnya DBD sering muncul saat peralihan ke musim penghujan seperti sekarang.
“Khusus diwilayah endemik, seperti di Kotabumi dan sekitarnya harus terus memberantas tempat – tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk,” kata dia di ruang kerja, Kamis, 16 November 2023.
Pihaknya juga melaksanakan berbagai aksi nyata di lapangan, mulai dari sosialisasi, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), sampai pengasapan.
“Dalam memutus mata rantai penyebaran DBD, sehingga meminilisasi penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Penyebar mikroba penyebab demam berdarah,” ujarnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk dapat meningkatkan kebersihan lingkungan, terutama dalam hal mengantisipasi penyebaran dengan meminimalisasi terjadinya jentik nyamuk. Seperti menutup, mengubur, dan memberikan (3M) bubuk abate di tempat – tempat dapat menampung air atau menjadi sarang nyamuk.
“Penting bagi masyarakat, ikut aktif mendukung program pemerintah. Sebab, dengan keterbatasan petugas dan lainnya, hingga diperlukan usaha bersama,” katanya.
Sebelumnya, kasus DBD di Lampung Utara mencapai 120 kasus dari Januari hingga September 2023. Dari jumlah itu, kasus tertinggi terjadi pada Januari 2023 sebanyak 26 kasus. Lalu, diikuti 21 kasus Februari, 21 kasus pada Mei, lantas 10 kasus pada Maret.
Lantas, terdapat 9 kasus pada April, Agustus, dan September 2023.
“Lalu yang paling rendah di bulan Juli 2023 sebanyak 6 kasus. Jadi, meski kemarau perkembangan kasusnya masih ada. Makanya masih terjadi penyebaran,” ujar Maya.
Menurutnya, hal tersebut terjadi karena siklusnya bukan hanya tinggi di musim penghujan, melainkan saat kemarau. Sebab saat suhu panas siklus hidup nyamuk menjadi lebih cepat.
Wandi Barboy