Jakarta (Lampost.co)— Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Mei Neni Sitaresmi menyatakan anak berkebutuhan khusus harus mendapatkan imunisasi selama tidak memiliki gangguan medis yang menyertainya.
“Jadi, anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti autis, disabilitas intelektual, ADHD, dan lainnya selama tidak ada kondisi medis yang menyertainya. Maka anak itu merupakan kelompok rentan penyakit yang bisa kita cegah dengan imunisasi. Jadi,mereka tetap harus mendapatkan imunisasi,” kata Mei,Rabu, 9 Oktober 2024.
Ia menjelaskan anak berkebutuhan khusus tidak mendapat imunisasi apabila ia memiliki gangguan medis kontra indikasi. Misalnya penyakit yang menyebabkan kejang tidak terkontrol.
“Kalau seperti itu berarti kita kelola dulu kejangnya sampai terkontrol,” ujar Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Ia mengatakan butuh pendekatan khusus dalam memberikan vaksin untuk anak berkebutuhan khusus.
Menurutnyaa, perlu upaya tersendiri dalam mendekatkan anak berkebutuhan khusus agar mereka bisa memahami pentingnya mendapat imunisasi. Serta tidak merasa takut saat menerimanya.
“Perlu effort khusus dengan cara yang di sederhanakan supaya mereka paham dan tidak ketakutan,” kata Mei.
Penyakit Berbahaya
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, Prima Yosephine, MKM mengimbau para orang tua agar tidak menyepelekan pemberian imunisasi pada anak-anaknya.
Prima menjelaskan, imunisasi yang di berikan tentunya untuk menghindari penyakit-penyakit berbahaya. Oleh karena itu, pihaknya berharap orang tua dapat bijak dalam mengambil keputusan.
“Masih ada orang tua yang lebih percaya kepada orang-orang yang bukan bidangnya. Misalnya teman arisan, tetangga, dan lain-lain. Padahal ini penting sekali. Jadi kita harus terus perkuat pengetahuan,” kata Prima.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hartono Gunadi menyebut vaksin dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit. Yakni yang dapat mencegah dengan imunisasi (PD3I) yang membawa komplikasi.
Ia menyebut campak sebagai contoh. Campak menyebar lewat udara, dan satu anak dapat menginfeksi 12 hingga 18 orang lainnya. Adapun komplikasi dari campak adalah pneumonia, diare, encephalitis atau radang otak, kebutaan, bahkan infeksi telinga.
“Nah, komplikasi tadi diare dan pneumonia. Keduanya itu merupakan penyebab kematian bayi. Ini merupakan hal yang bisa kita cegah dengan imunisasi,” kata Hartono.