Jakarta (Lampost.co) — Ancaman gempa megathrust di Indonesia harus kita sikapi dengan serius oleh semua pihak sebagai bagian dari upaya memperkuat kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana.
“Ancaman megathrust sangat nyata karena berpotensi menyebabkan gempa bumi serta yang berdampak luas. Sehingga perlu pemahaman masyarakat terkait berbagai upaya mitigasi bencana yang harus kita lakukan,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat di Denpasar 12, Rabu, 11 September 2024.
Lestari menjelaskan Indonesia terletak di cincin atau Lingkar Api Pasifik yang rentan pada gempa bumi dan letusan gunung api.
Berbagai potensi bencana alam mesti menjadi perhatian bersama sebagai bagian upaya melindungi segenap bangsa Indonesia.
“Kita belajar dari berbagai kejadian yang masih segar dalam ingatan kita terkait gempa dasyat yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2000,” tegas Rerie.
Peristiwa bencana alam yang merenggut ribuan korban jiwa itu antara lain gempa bumi dan tsunami di Aceh (2004) yang menelan 283.000 korban jiwa dan lebih dari 14.000 orang hilang. Gempa bumi Yogyakarta (2006) yang menyebabkan 5.700 orang meninggal dan 35.000 orang mengalami luka-luka.
Gempa Palu dan Donggala (2018) dengan lebih dari 2.000 meninggal dan 670-an orang dinyatakan hilang. Seruan untuk mewaspadai megathrust harus konsisten kita lakukan. Hal ini sebagai pengingat agar
masyarakat mampu mempersiapkan diri dari ancaman bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Karena melalui pengetahuan yang memadai, peningkatan kesadaran terhadap bencana secara berkelanjutan. Mempersiapkan infrastruktur yang memadai dan pengembangan sistem peringatan dini maka setiap ancaman bencana dapat kita hadapi bersama.
Bangun Kesadaran Masyarakat
Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat, BNPB, Agus Riyanto, berpendapat kunci untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi bencana adalah membangun kesadaran bersama. Bahwa Indonesia memang negara yang rawan bencana.
Diakui Agus, pada 2023 di Indonesia tercatat 5.400 bencana alam yang sebagian besar berupa bencana hydrometeorologi.
Bencana gempa bumi meski jarang terjadi tetapi dampak kerusakannya sangat besar. Apalagi saat ini ada potensi muncul sesar-sesar baru di Indonesia yang berpotensi menimbulkan gempa bumi.
Untuk menerapkan penanggulangan dan mitigasi bencana yang baik, Agus berharap keterlibatan aktif para pemangku kepentingan di daerah hingga di wilayah terkecil.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Sumarjaya mengungkapkan bahwa sektor kesehatan seringkali tertinggal dalam upaya penanggulangan bencana. Padahal yang terancam dalam setiap bencana adalah jiwa manusia.
Sektor kesehatan dalam penanggulangan bencana, tambah Sumarjaya, mengupayakan agar masyarakat terhindar dari risiko luka. Cacat bahkan meninggal dunia akibat bencana alam yang terjadi.
Kesiapan sektor kesehatan sangat penting dalam upaya penanggulangan bencana yang disebabkan oleh alam dan non-alam.
Penanggulangan Bencana
Menurut Sumarjaya, upaya mempersiapkan masyarakat sebagai bagian sistem penanggulangan bencana yang terintegrasi dalam menghadapi bencana merupakan langkah yang sangat penting.
“Harus dilakukan penguatan sistem penanggulangan gawat darurat yang terpadu dalam menghadapi potensi bencana di tanah air,” ujar Sumarjaya.
Ia menyayangkan saat ini baru 91 kabupaten/kota di Indonesia yang sistem gawat daruratnya terintegrasi.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan berdasarkan sejarah peristiwa tsunami besar di Indonesia terjadi di sejumlah wilayah megathrust.
Dalam rangkaian lempeng bumi yang terbentang dari timur hingga barat Indonesia, ujar Daryono, ada dua wilayah yang sudah 200 tahun tidak terjadi gempa besar, yaitu di Selat Sunda dan Mentawai.
Di antara 13 segmentasi megathrust yang ada di Indonesia, tegas Daryono, wilayah Selat Sunda dan Mentawai tersebut harus diwaspadai.
Karena itu, tambah dia, para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah harus segera bersama mengantisipasi potensi bencana yang akan terjadi.
Pihaknya, jelas Daryono, juga aktif memberi edukasi kepada masyarakat melalui pembentukan komunitas siaga tsunami di sejumlah daerah.