Bandar Lampung (Lampost.co) — Kemenag Lampung bersama Institut Teknologi Sumatera (Itera) melakukan pemantauan hilal awal Ramadan pada Minggu, 10 Maret 2024.
Hasil pantauan itu, petugas tidak dapat melihat hilal awal Ramadan. Pemantauan berlangsung di Lampung Selatan, Pesisir Barat, dan Itera.
Peneliti Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAK) Itera, Robiatul Muztaba, mengatakan kondisi cuaca yang mendung membuat pemantauan hilal menjadi sulit terlihat.
Sementara, berdasarkan kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada 2021, kriteria hilal harus berada pada ketinggian 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Namun, kriteria itu tidak ditemukan di Lampung.
“Pengamatan hilal sore ini termasuk sulit karena ketinggian hilal hanya 0 derajat dengan 0,1 menit busur, dan iluminasi 0,01 persen. Itu sulit teramati meski dalam kondisi langit cerah. Apalagi kondisi saat ini dengan langit mendung dan hujan, tentu tidak akan bisa mengamati objek,” kata Robi.
BACA JUGA: Masyarakat Diajak Hindari Petasan dan Tawuran Selama Ramadan
Menurutnya hilal saat ini masih di bawah kriteria MABIMS. Walaupun dapat mengamati, tetapi di bawah kriteria maka kesaksian tetap tertolak.
Sementara itu, Anggota Badan Hisab Rukyat Lampung, Lemra Horizon, mengatakan awan mendung dan curah hujan yang tinggi di membuat hilal tidak nampak. Untuk itu, bulan Syaban akan genap menjadi 30 hari atau hingga 11 Maret 2024.
“Berdasarkan perhitungan, posisi bulan di awal 1 derajat sehingga titiknya mungkin terlihat. Sehingga Ramadan baru lusa atau Selasa, 12 Maret 2024,” ujar dia.