Panaragan (Lampost.co) — Seorang bocah berusia 10 bulan membutuhkan bantuan dari pemerintah dan dermawan. Pasalnya, anak bersama Nabila Tsania Akbari itu menderita gangguan hati atau Atresia Bilear.
Ayah bayi tersebut, Efendi, mengatakan hidung mungil bayi itu kini terpasang selang sebagai alat bantu pernapasan dan makan. Nabila hanya bisa sesekali menggerakkan tangan kanannya yang terpasang infus untuk mengusap perut yang kian membesar.
Warga Tiyuh Pagarjaya, Kecamatan Lambukibang, Tulangbawang Barat (Tubaba) itu menyebut kesehatan putrinya menurun dalam 10 hari terakhir. Sebab, mengalami sesak napas akibat infeksi paru-paru.
“10 hari ini harus pakai oksigen karena napasnya selalu engap dan perutnya juga makin besar,” kata Efendi, kepada Lampost.co, Kamis, 21 Maret 2024.
Dia mengaku menyadari adanya keanehan pada tubuh anaknya sejak usia 15 hari. Sebah, sekujur tubuh Nabila tampak menguning. “Kami bawa ke dokter spesialis anak di rumah sakit, katanya tidak apa-apa cuma kurang jemur,” ujar dia.
BACA JUGA: Bocah di Pringsewu Tewas usai Hanyut di Sungai
Atas anjuran itu, kondisi tubuh anaknya tidak mengalami perubahan positif. Untuk itu, dia membawa ke rumah sakit lain. Dokter ternyata mendiagnosa Nabila mengalami gangguan hati atau Atresia Bilear. Hal itu berdasarkan hasil USG Dua Fase.
Setelah itu, dia harus bolak balik ke Jakarta untuk mengantarkan pengobatan putrinya ke Rumah Sakit DR Cipto Mangunkusumo sejak Oktober 2023.
Dokter di Jakarta menyarankan putrinya itu harus menjalani transplantasi hati atau cangkok hati. Namun, tindakan itu belum dapat dilakukan karena anaknya juga kekurangan gizi. “Anak saya kena gizi buruk,” kata dia.
Dia mengaku saat ini tengah bingung atas biaya rawat jalan di Jakarta itu. Apalagi, tindakan transplantasi hati membutuhkan biaya besar.
Gaji Tak Cukup
Untuk itu, dia pun terpaksa mencari pinjaman. Sebab, gajinya sebagai karyawan toko ritel tidak mencukupi.
“Kalau pasien memang menjadi tanggungan BPJS. Tapi, saya dan istri yang menunggu, terus proses cek skrining pendonor itu biaya sendiri sekitar Rp80 juta lebih,” kata dia.
Dia mengaku, sempat mengajukan permintaan bantuan kepada Pemkab Tubaba melalui Dinas Sosial setempat. Namun, permintaan itu hingga kini belum membuahkan hasil.
Dia hanya berharap pemerintah dan dermawan dapat membantu meringankan beban biaya pengobatan putrinya yang kini tengah terbaring sakit.
“Saya orang tidak mampu, semoga ada dermawan yang membantu meringankan beban pengobatan anak. Biaya pengobatan sangat besar kalau mengandalkan gaji enggak akan mampu,” ujar dia.