Gunungsugih (Lampost.co) — Masyarakat Lampung Tengah terjangkit demam berdarah dengue (DBD) 2024 mencapai 489 kasus. Atas jumlah itu, Dinas Kesehatan setempat menyusun langkah antisipasi guna mengantisipasi lonjakan tersebut.
Caranya dengan penguatan surveilans, meningkatkan gerakan G1R1J, hingga deteksi dini dengue. Lonjakan kasus DBD tahun ini menjadi siklus lima tahuan.
Pasalnya, cuaca yang kerap hujan dan berubah menjadi panas. Kondisi itu menjadi wahana perkembangan nyamuk yang ideal dari pada curah hujan yang terus menerus yang justru merusak perindukan nyamuk.
Untuk itu, pihaknya meningkatkan koordinasi dalam upaya preventif dan promotif dengan kemandirian masyarakat melalui gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J).
“Hal itu bersama lintas program dan sektor untuk melaksanakan PSN 3M Plus di TTU untuk mencapai ABJ ≥ 95%,” kata Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Lampung Tengah, Eko Witono, Jumat, 29 Maret 2024.
BACA JUGA: Waspada, DBD Lamteng Capai 489 Kasus
Penguatan surveilans DBD di Lampung Tengah itu sebagai alat kewaspadaan dini terhadap peningkatan kasus dan respon cepat penanggulangan KLB.
Hal itu pengendalian vektor secara terpadu baik kegiatan program dari unit maupun pemerintah, swasta, dan mayarakat.
“Kami meningkatkan deteksi dini infeksi dengue di PKM dengan menggunakan rapid diagnostic test (RDT) NS1 atau RDT Combo. Kami melakukan PE terhadap kasus dengue, baik suspect, probable, confirmed,” ujarnya.
Kemudian membentuk atau merevitalisasi kembali Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) dengue di tingkat kecamatan dan desa atau kelurahan.
Penanggulangan DBD itu masuk dalam perencanaan daerah dan memperkuat regulasi di tingkat kabupaten hingga kelurahan.
“Iklim el nino salah satu kondisi mempercepat perkembangan nyamuk aides aegypti. Lalu mobilitas penduduk yang cepat dari satu daerah ke daerah lain dan kepadatan penduduk suatu daerah juga mempengaruhi penularan,” kata dia.