Bandar Lampung (Lampost.co) — Nyamuk aedes aegypti menjadi penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD). Untuk itu, masyarakat perlu melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Epidemolog, Ismen Muchtar, menjelaskan PSN menjadi upaya untuk memberantas nyamuk hingga ke tahap perkembangbiakan telur. Untuk lebih menjangkau wilayah yang luas, PSN harus serentak dan berkala, mulai dari tingkat RT, Kelurahan, hingga Kecamatan.
Ukuran pamong setiap daerah berhasil melakukan PSN dapat terlihat dari indikator angka bebas jentik.
BACA JUGA: Cegah Bertambahnya Kasus DBD, Dinkes Lamsel Gencar Sosialisasi
Puskesmas bersama kader-kader kesehatan biasanya akan mengukurnya dengan mengambil sampel dari 100 rumah di setiap kelurahan. Pengambilan sampel itu selama satu bulan sekali. Hasilnya akan terlihat besaran angka bebas jentik di setiap kelurahan.
“Jika angka bebas jentik nyamuknya sampai 95%, artinya PSN berhasil. Jika angkanya di bawah itu berarti penerapan PSN masih buruk,” kata Ismen, kepada Lampost.co, Kamis, 9 Mei 2024.
Menurut dia, angka bebas jentik dan PSN tersebut, sebaiknya memiliki laporan secara rutin dan berkala sampai tingkat kota/kabupaten. Hal itu agar daerah dengan tingkat PSN rendah bisa terdeteksi dan bisa melakukan evaluasi.
“Angka bebas jentik di setiap Kecamatan itu bisa dengan pemeringkatan sehingga dapat tahu Kecamatan yang angka bebas jentiknya paling rendah. Sehingga, ada semacam kompetisi yang sehat untuk menekan angka DBD di setiap lingkungan,” ujar dia.
Fogging
Selain PSN, ada juga cara lain yang biasanya dengan fogging. Namun, pengasapan bukan upaya pencegahan secara massal. Sebab, cara itu hanya untuk merespon kasus-kasus yang terjadi, terutama nyamuk dewasa.
“Sementara yang masih telur di genangan air enggak akan kena. Sehingga, pembersihan sarang nyamuk itu harus setiap minggu karena dari telur sampai bisa terbang rata-rata waktunya 10 hari. Kalau setiap minggu dibersihkan tidak akan menjadi nyamuk,” ujar dia.
Dia melanjutkan perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD banyak terjadi pada genangan air buatan manusia. Untuk itu, kesadaran dari setiap orang harus selalu tertanam. “Mencegah itu lebih baik dari pada mengobati. Jadi jangan tunggu sakit dulu baru sadar,” kata dia.