Bandar Lampung (Lampost.co): Pengembangan ragam tepung berbasis singkong semakin mendapat perhatian sebagai strategi memperkuat industri pangan dan meningkatkan nilai tambah bagi petani. Rektor Institut Teknologi Sumatera (Itera) Prof I Nyoman Pugeg Aryantha menilai keragaman produk tepung berbahan singkong membuka peluang besar bagi Lampung untuk masuk lebih kuat dalam rantai pasok pangan nasional.
Ia menjelaskan bahwa singkong dapat menghasilkan berbagai jenis tepung dengan karakter berbeda, mulai dari tapioka, gaplek, hingga modified cassava flour (mocaf). Setiap jenis memiliki fungsi dan keunggulan masing-masing untuk industri pangan maupun nonpangan.
“Tepung tapioka lahir dari proses ekstraksi langsung pati singkong. Industri memanfaatkannya secara luas, bahkan sampai ke produk tekstil,” ujar Prof Nyoman, Kamis, 11 Desember 2025.
Sementara itu, gaplek yang berasal dari singkong kering memiliki karakter yang cocok untuk bahan pangan tradisional atau industri kecil. Prosesnya sederhana dan dapat dikelola oleh pelaku UMKM di pedesaan.
Adapun mocaf menonjol sebagai tepung termodifikasi yang lahir dari fermentasi. Fermentasi memecah struktur pati menjadi lebih sederhana sehingga menghasilkan tepung dengan tekstur lebih halus, aroma lebih bersih, dan sifat fungsional yang lebih baik untuk industri modern.
“Fermentasi itu yang mengubah karakter tepung. Mocaf berbeda karena struktur kimianya sudah termodifikasi. Dari sisi nutrisi dan sifat kimia, mocaf justru lebih unggul,” terangnya.
Ia juga menegaskan bahwa seluruh tepung berbasis singkong memiliki keunggulan alami karena bebas gluten. Hal ini membuka peluang pengembangan berbagai produk sehat seperti roti bebas gluten, mie mocaf, camilan tinggi serat, hingga bahan baku industri yang membutuhkan tepung stabil.
Perbedaan Karakter
Menurutnya, pemahaman tentang perbedaan karakter masing-masing tepung menjadi kunci untuk memperluas inovasi pangan dan memperkuat hilirisasi komoditas singkong di Lampung.
“Dengan memahami ragam tepung ini, kita bisa mengembangkan produk yang lebih variatif dan bernilai tambah. Potensi Lampung sangat besar, tinggal bagaimana kita mengolahnya menjadi kekuatan industri,” kata Prof Nyoman.
Ia menegaskan bahwa diversifikasi tepung berbasis singkong tidak hanya memperluas pasar, tetapi juga membantu petani menghadapi fluktuasi harga singkong melalui industri hilir yang lebih stabil dan berkelanjutan.








