Jakarta (Lampost.co) — Mpox atau Monkeypox adalah penyakit menular yang dapat menyebabkan ruam yang menyakitkan. Kemudian pembesaran kelenjar getah bening, demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, dan energi rendah. Kebanyakan orang sembuh total, namun ada juga yang mengalami sakit parah.
Penyebab Mpox yakni virus cacar monyet (MPXV). Ada dua kelas virus yang berbeda, kelas I (dengan subkelas Ia dan Ib) dan kelas II (dengan subkelas IIa dan IIb). Wabah global kelas IIb mulai pada 2022 dan berlanjut hingga saat ini, termasuk di beberapa negara Afrika.
Terdapat juga peningkatan wabah penyakit clade Ia dan Ib yang memengaruhi Republik Demokratik Kongo dan negara-negara lain di Afrika. Pada Agustus 2024, clade Ib juga telah terdeteksi di luar Afrika.
Baca Juga:
Mengenal Jenis Vaksinasi Mpox, Efektivitas, Efek Samping, dan Ketersediaan
WHO bekerja dengan negara-negara anggota dan mitranya untuk mencegah dan merespons wabah Mpox tersebut. Hal ini termasuk mengoordinasikan penelitian mengenai vaksin dan pengobatan dan memperkuat sistem kesehatan negara. Serta berupaya memfasilitasi akses yang adil terhadap vaksin, terapi, diagnostik, dan alat-alat lainnya.
Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom telah dua kali menyatakan Mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC). Pertama pada Mei 2022 dan kedua pada Agustus 2024.
Kontak kulit sampai droplet
Mpox menyebar dari orang ke orang terutama melalui kontak dekat dengan penderita Mpox, termasuk anggota rumah tangga. Kontak dekat mencakup kontak kulit ke kulit, seperti sentuhan atau seks dan kontak mulut ke mulut atau mulut ke kulit. Orang dengan banyak pasangan seksual berisiko lebih tinggi tertular Mpox.
Mengutip laman resmi WHO, Juru bicara WHO, Margaret Harris, menerangkan, apabila seseorang dengan virus cacar monyet berbicara dekat dengan seseorang, bernapas pada mereka, dekat secara fisik, bertatap muka, ada kemungkinan penularan atau penyebaran virus akan terjadi.
Meski demikian, ia menyebutkan, droplet adalah sumber kecil penularan Mpox. Pasalnya, saat berbicara atau bernapas berdekatan satu sama lain, dapat menghasilkan partikel pernapasan yang menular.
Selain itu, benda-benda yang terkontaminasi seperti pakaian atau linen, melalui luka akibat jarum suntik di layanan kesehatan, atau di lingkungan masyarakat seperti salon tato, juga bisa menularkan Mpox kepada seseorang.
Selama kehamilan atau kelahiran, virus ini dapat menular ke bayi. Tertular Mpox selama kehamilan dapat berbahaya bagi janin atau bayi baru lahir dan dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, kematian bayi baru lahir atau komplikasi bagi orang tua.
Pencegahan
Untuk mencegah penyebaran Mpox kepada orang lain, pengidap Mpox harus melakukan isolasi di rumah sesuai dengan panduan dari penyedia layanan kesehatannya, selama periode infeksi (mulai dari timbulnya gejala hingga lesi sembuh dan korengnya hilang). Menutupi lesi dan memakai masker yang pas saat berada di hadapan orang lain dapat membantu mencegah penyebaran.
Mereka yang pernah melakukan kontak dengan penderita Mpox harus memantau tanda dan gejala selama 21 hari. Serta mengambil tindakan pencegahan seperti menghindari aktivitas seksual selama periode ini.
Petugas kesehatan harus mengikuti langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi untuk melindungi diri mereka sendiri saat merawat pasien dengan Mpox dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai.
Mematuhi protokol untuk menyeka lesi dengan aman untuk pengujian diagnostik dan menangani benda tajam seperti jarum.