Jakarta (lampost.co)–Semangat menanamkan nilai kasih sayang dan toleransi kini semakin kuat di madrasah-madrasah Jakarta Utara. Kementerian Agama melalui Kemenag Jakarta Utara terus mengakselerasi penerapan Kurikulum Cinta sebagai fondasi pendidikan karakter di lingkungan madrasah.
Langkah ini mampu menciptakan suasana belajar yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga hangat secara emosional dan spiritual.
Melansir dari laman Kemenag, Kapokjawas Kankemenag Jakarta Utara, Sutikno, menyampaikan hal itu di MTsN 5 Jakarta, beberapa waktu lalu..
Dalam paparannya, Sutikno menjelaskan bahwa Kurikulum Cinta merupakan inovasi pendidikan Kementerian Agama yang membawa enam nilai inti. Yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada Rasul, cinta kepada diri sendiri, cinta kepada sesama, cinta kepada lingkungan, dan cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Implementasi kurikulum ini akan secara menyeluruh melalui empat pilar madrasah, mulai dari pembelajaran intrakurikuler di kelas, kegiatan ekstrakurikuler. Kemudian, suasana madrasah, hingga praktik ibadah dan kegiatan keagamaan,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa Kurikulum Cinta tidak hanya berbicara soal sentuhan emosional, tetapi berdiri di atas kerangka pendidikan yang menyatukan aspek kognitif, afektif, dan spiritual. Dengan pendekatan tersebut, pembelajaran di madrasah tidak lagi sebatas penyampaian teori, melainkan juga pengalaman batin yang membentuk karakter.
“Meskipun para guru selama ini sudah mengajar dengan penuh dedikasi, Kurikulum Cinta hadir untuk menekankan bahwa ilmu pengetahuan baru bermakna jika disampaikan dengan rasa kemanusiaan dan kasih sayang,” jelas Sutikno.
Integrasi Tema
Saat ini, kurikulum di madrasah masih mengacu pada Kurikulum Merdeka dengan pola integrasi tema. Oleh sebab itu, seluruh mata pelajaran, termasuk eksakta seperti matematika dan sains, agar tetap berdimensi cinta dan membangun koneksi emosional dengan siswa.
“Sering terjadi guru hanya mengejar penyampaian materi, padahal ilmu dan cinta seharusnya berjalan beriringan. Keduanya bukan hal yang terpisah, justru saling menguatkan,” lanjutnya.
Sutikno juga berharap program Kurikulum Cinta dari Kemenag dan pendekatan Deep Learning dari Kemendikbud dapat diramu menjadi satu sistem pembelajaran terpadu yang mudah diterapkan guru dan dirasakan langsung dampaknya oleh siswa.
“Apapun mata pelajarannya, bingkai utamanya tetap harus cinta,” tutupnya.