Bandar Lampung (Lampost.co) — Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung (KBPL), Desi Ari Pressanti mengungkapkan Bahasa Lampung masuk dalam kategori bahasa yang rentan terjadi punah. Hal tersebut tersampaikan saat Rapat Koordinasi Pemangku Kebijakan Revitalisasi Bahasa Daerah, Swiss-Belhotel Bandar Lampung, Rabu, 6 Maret 2024 lalu.
.
Menanggapi hal itu Mahasiswa Pendidikan Bahasa Lampung FKIP Unila Hendra Wahyudi, mengaku sangat menyayangkan jika bahasa Lampung harus masuk kedalam kriteria rentan. Mahasiswa asal kabupaten Lampung Tengah itu menyebut bahasa daerah merupakan sebuah kekayaan budaya yang harus terjaga dan terlestarikan.
.
“Sangat sayang, jika banyak orang-orang Lampung justru tidak mau mengenal bahasa Lampung sendiri,” ujarnya Kamis, 7 Maret 2024.
.
Kemudian Hendra mengatakan, upaya pelestarian bahasa tidak bisa lepas dari peran serta generasi muda. Sebagai bagian dari agen perubahan pada masyarakat. Hendra menilai perlu ada gerakan secara sadar. Para pemuda harapannya mampu menggairahkan kembali minat masyarakat menggunakan bahasa Lampung.
.
Maka, salah satu caranya dengan mewajibkan pelajar. Atau mahasiswa menggunakan bahasa Lampung pada lingkungan pendidikan. “Seperti jurusan saya (Pendidikan Bahasa Lampung). Kita kalau kuliah ngomongnya bahasa Lampung,” katanya lagi.
.
Selanjutnya ia tidak sepakat dengan anggapan penggunaan bahasa daerah adalah sesuatu hal yang kuno. Bahasa Lampung memiliki keunikan yang khas. Daerah lain tidak memilikinya. “Seharusnya kita percaya dan bangga. Jangan malah malu. Bahasa Lampung ini unik. Bahasanya berbeda jauh dengan bahasa Ind Jarang Terdengar onesia,” ujarnya.
.
Jarang Terdengar
.
Selanjutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan jumlah penutur bahasa Lampung kian terbatas. Banyak pendatang yang membawa bahasa daerah asalnya.
.
“Apalagi lagi, adanya pembagian dua dialek yang menjadi tantangan untuk mempelajari bahasa ini,” katanya.
.
Sementara itu, Rifki, Mahasiswa Asal Kabupaten Tanggamus mengatakan sebagai mahasiswa yang berlatarbelakang suku Lampung asli. Mengakui bahwa penggunaan bahasa Lampung dalam bersosialisasi pada masyarakat kian hari kian jarang terdengar.
.
“Ketika saya pulang ke Kota Agung aja saya ngomong Lampung. Kalau udah ke Bandar Lampung. Ya udah jarang banget,” kata Rifki.
.
Maka dari itu, harapannya para generasi muda tetap mengenal bahasa Lampung. Sebagai bahasa asli yang warisan para nenek moyangnya. “Bahasa Lampung itu bahasa kita sendiri. Itu yang harus kita jaga. Apalagi ini sudah warisan dari nenek moyang. Seharusnya kita bisa melestarikan,” ujarnya.