Bandar Lampung (Lampost.co) — Generasi Z tumbuh dengan paparan teknologi sejak kecil. Mereka lebih cepat memahami materi yang tampil visual dan interaktif. Kondisi itu menuntut metode pembelajaran dan dakwah yang relevan dengan kebiasaan digital mereka.
Ketua pelaksana pelatihan, Ossy Dwi Endah Wulansari, , menyebut kebutuhan itu sebagai alasan utama pelaksanaan pelatihan. “Gen Z merespon konten visual lebih cepat. Kami ingin bantu pendidik memahami kebutuhan ini,” ujar Ossy.
Dosen Ilmu Komputer Universitas Lampung itu menilai banyak pendidik kesulitan menggunakan AI dan AR dalam kegiatan pembelajaran maupun dakwah. Mereka bingung memilih platform, menyusun konten, atau merancang strategi digital.
Untuk itu, dia bersama Bambang Hermanto (Dosen Ilmu Komputer Unila) dan Mieke Rahayu (Dosen IBI Darmajaya) memberikan pelatihan di Rumah Qur’an Al Mumtaza, Jalan Antasari, Bandar Lampung, Sabtu lalu, 8 November 2025.
Pelatihan berjalan interaktif sejak sesi awal. Para santriwati menunjukkan antusias besar saat mencoba membuat media dakwah dan pembelajaran berbasis AI dan AR. Mereka belajar membuat gambar, animasi, dan objek AR melalui perangkat mobile.
Pelatihan tersebut membantu pendidik memahami dasar teknologi sebelum menggunakannya. “Kami ingin peserta berani mencoba teknologi. Mereka perlu ruang latihan yang aman dan terarah,” kata dia.
AI memberi peluang besar untuk membuat konten cepat dan akurat. AR menampilkan objek virtual secara real-time dan meningkatkan interaksi belajar. “Saya melihat energi besar dari para santriwati. Mereka cepat memahami alur kerja teknologi,” ujar dia.
Menurut dia, pelatihan itu menjadi tahap awal pemberdayaan digital untuk warga Rumah Qur’an Al Mumtaza. Tim ingin membangun kemampuan produksi konten islami, edukasi Qur’an, dan kreativitas digital.
Program ini juga sebagai pilot project agar dapat berkembang pada kegiatan digital lain. “Kami ingin Rumah Qur’an menjadi pusat kreativitas digital yang bermanfaat bagi generasi muda,”** ujarnya.
Hasilnya, peserta dapat membuat media pembelajaran ilmiah dan konten dakwah interaktif. AR membuat objek 3D muncul dari buku, poster, pamflet, hingga kaus. Teknologi AR juga membuka peluang pemasaran karena mampu menampilkan visual produk lebih nyata.
Penguatan Literasi Digital Masyarakat
Pelatihan itu menunjukkan komitmen perguruan tinggi dalam memperkuat literasi digital masyarakat. Kolaborasi antara dosen, lembaga teknologi, dan praktisi dakwah membuat konten tetap relevan dan berkelanjutan.
“Kami ingin teknologi memberi manfaat nyata. Masyarakat perlu melihat dakwah dan pendidikan bisa berkembang melalui inovasi,” pungkasnya.








