Jakarta (Lampost.co) — Kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi peringatan serius bagi pemerintah. Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Prof. Fatma Lestari, menegaskan pentingnya sistem pengawasan yang ketat serta penerapan standar keamanan pangan dalam setiap pelaksanaan program MBG.
Poin Penting:
-
Standar ketat sangat penting dalam pelaksanaan program MBG.
-
Kasus keracunan MBG jadi alarm pengawasan nasional.
-
Keamanan pangan wajib melindungi anak sekolah agar terbebas dari bahaya biologis, kimia, dan fisik.
Menurut Kepala Disaster Risk and Reduction Center UI tersebut, program MBG sejatinya memiliki tujuan mulia. Namun, keamanan dan kebersihan makanan sekolah tetap harus menjadi prioritas utama.
“Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memang langkah besar untuk masa depan bangsa. Tetapi jangan hanya fokus pada kata gratis dan bergizi. Pastikan juga makanan itu aman. Asupan aman dan sehat adalah pondasi lahirnya generasi kuat, cerdas, dan berdaya saing,” tegas Fatma, Sabtu, 4 Oktober 2025.
Keamanan Pangan Jadi Kunci
Fatma yang juga ketua Dewan Guru Besar FKM UI menekankan kasus keracunan MBG merupakan alarm serius. Menurutnya, setiap makanan yang masuk ke sekolah harus memenuhi standar food safety dan food hygiene.
Ada tiga alasan utama mengapa keamanan pangan sangat penting. Pertama, melindungi kesehatan anak-anak yang rentan terhadap penyakit akibat makanan tercemar. Kedua, mencegah keracunan massal seperti kasus MBG yang terjadi di berbagai daerah. Ketiga, menjamin mutu program MBG agar mendapat kepercayaan masyarakat.
“Implementasi program MBG harus mengacu pada standar nasional seperti SNI ISO 22000. Dengan standar itu, masyarakat yakin makanan benar-benar aman,” ujarnya.
Lima Langkah Standar Keamanan
Prof. Fatma juga memaparkan Badan Gizi Nasional wajib menerapkan lima langkah penting agar kasus keracunan MBG tidak terulang.
Kelima langkah penting tersebut, yakni:
- SOP dapur bersih – Proses pengolahan makanan harus higienis. Petugas wajib mencuci tangan, memakai sarung tangan, masker, dan seragam bersih.
- Menu seimbang – Satu porsi makan bergizi gratis sebaiknya terdiri dari setengah piring sayur-buah, seperempat karbohidrat, dan seperempat protein.
- Pemeriksaan food handler – Seluruh petugas dapur wajib menjalani pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk skrining penyakit menular, seperti hepatitis, TBC, dan tifus.
- Audit dan inspeksi berkala – Perlu pemeriksaan harian, audit bulanan, hingga evaluasi rutin untuk menjaga mutu makanan.
- Teknologi pendukung – Dalam menjaga kualitas makanan harus menggunakan aplikasi monitoring dan sistem rantai dingin (cold chain).
Fatma juga menegaskan makanan sehat harus bebas dari bahaya biologis (bakteri, virus), kimia (pestisida, logam berat), dan fisik (kerikil, serpihan plastik).
“Wajib menerapkan standar keamanan pangan agar program MBG tidak hanya memberi manfaat gizi, tetapi juga melindungi kesehatan penerima manfaat,” katanya.
Kasus Keracunan Harus Jadi Evaluasi Nasional
Keracunan MBG yang menimpa ratusan siswa di berbagai daerah kini mendapat sorotan luas. Guru Besar UI menilai Pemerintah Pusat, terutama Badan Gizi Nasional, harus memanfaatkan momentum tersebut untuk memperkuat sistem pengawasan.
Tanpa standar keamanan yang jelas, program makan bergizi gratis berpotensi menimbulkan masalah baru. Karena itu, wajib melakukan pengawasan, audit, serta evaluasi ketat secara nasional.








