Jakarta (Lampost.co) — Konsumsi gula yang berlebihan pada bayi akan menyebabkan dampak buruk. Praktisi Kesehatan Masyarakat Ngabila Salama membeberkan sejumlah dampak buruk yang dapat terjadi akibat konsumsi gula yang berlebihan pada bayi.
“Pada dasarnya, bayi belum dapat mengenai rasa dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, rasa manis dan asin berlebihan membuat anak jadi picky atau memilih-milih makanan,” kata Ngabila, Minggu, 5 Mei 2024.
Ngabila menuturkan makanan manis yang orang tua berikan kepada bayi sering kali merupakan jenis makanan yang tidak sehat. Contohnya bubur bayi instan yang ada di pasaran.
Baca Juga:
Ini Penyebab Bayi Susah Tidur dan 6 Cara Mengatasinya
Bubur bayi instan yang katanya memiliki kandungan gizi lengkap dan seimbang, memiliki kandungan yang berbeda jauh dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) alami untuk anak usia enam sampai 24 bulan.
Hal itu karena proses produksi yang panjang. Hal ini memungkinkan kandungan nutrisi di dalamnya menurun hingga mengandung bahan pengawet atau perasa buatan. “Pemberian MPASI alami pada anak 6-24 bulan dan sesudahnya tetap yang terbaik,” ujarnya.
Kalau pun orang tua ingin memberikan perasa manis pada bayi, perasa yang boleh adalah madu alami. Dengan catatan tidak untuk bayi yang baru berusia kurang dari satu tahun.
Sementara pemberian gula boleh pada bayi usia di atas enam bulan sesudah lulus ASI eksklusif sebagai bahan MPASI dengan takaran yang sesuai.
Asupan dan Kandungan Gizi
Ngabila mengingatkan agar orang tua yang mempunyai bayi di rumah untuk lebih memperhatikan asupan dan kandungan gizi yang diberikan. Hal ini karena pemberian gula berlebih dapat menyebabkan sejumlah masalah yang merugikan kesehatan bayi.
Permasalahan utama yang sering kali terjadi adalah bayi menolak untuk diberikan ASI.
“Ini sangat merugikan bayi yang sedang dalam masa pertumbuhan. Bayi sangat membutuhkan berbagai nutrisi penting guna pertumbuhan dan perkembangan bayi, terutama saat ia berusia di bawah satu tahun,” kata Ngabila.
Kondisi selanjutnya yang mungkin terjadi yakni kebiasaan makan yang buruk. Bayi akan menolak memakan makanan sehat yang alami, tidak ada pengawet maupun makanan buatan. Usai mengenali rasa manis, biasanya bayi memilih untuk mengonsumsi air berasa karena lebih nyaman di mulut.
Jika konsumsi makanan manis secara berlebih terus berlanjut, maka bayi akan terkena potensi kerusakan gigi. Terutama ketika gigi pertama muncul dengan memicu peningkatan populasi bakteri dalam mulut, sehingga gigi-gigi yang tumbuh selanjutnya mengalami kerusakan yang sama.
“Selanjutnya dapat memicu hiperaktif. Gula dapat diserap ke dalam darah dengan sangat cepat, kadar gula darah yang tinggi meningkatkan adrenalin dan hiperaktif pada bayi, balita serta anak-anak,” ujar Ngabila.