Jakarta (lampost.co)– Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains Teknologi (Minat Saintek) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Yudi Darma menyoroti belum adanya kampus di Indonesia yang secara khusus membuka jurusan Fisika Kuantum.
“Kalau saya bicara apa adanya, jurusan yang secara jelas mencantumkan nama Fisika Kuantum sebagai program studi memang belum ada di Indonesia,” ujar Yudi saat acara KopiSains *The Spirit of Quantum* di Tulum Coffee, Jakarta Selatan, Jumat, 10 Oktober 2025.
Yudi menilai kondisi ini patut menjadi perhatian serius. Pasalnya, negara lain seperti Rusia, China, Singapura, dan Thailand telah lebih dulu memiliki jurusan Fisika Kuantum. Sementara itu, perkembangan teknologi global semakin cepat dan menuntut penguasaan bidang tersebut. Menurut dia, Indonesia yang bercita-cita menjadi negara maju tidak boleh tertinggal dalam pengembangan sains strategis.
Untuk menjawab tantangan itu, Yudi bersama para fisikawan nasional menggagas *Indonesian Quantum Initiative* (IQI). Inisiatif ini bertujuan mengembangkan ekosistem keilmuan fisika kuantum di Indonesia, termasuk membuka peluang lahirnya program studi Fisika Kuantum di berbagai perguruan tinggi.
“Itu gabungan dari beberapa kampus dan lembaga riset. Jadi siapa pun yang tertarik bisa bergabung, bersatu, dan mengembangkan bidang ini bersama-sama,” jelas Yudi.
Ia mengungkapkan IQI telah merampungkan *Peta Jalan Fisika Kuantum* yang mencakup strategi jangka pendek, menengah, dan panjang. Fokus utama peta jalan tersebut adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur riset yang mumpuni.
Yudi menekankan bahwa momentum ini menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk ikut berkontribusi dalam riset global. “Kita ingin berkolaborasi dengan peneliti dunia. Apa yang bisa kita pelajari, kita serap, lalu kita sebarkan agar semangat ini terus menyala. Sambil berjalan, kita bangun infrastruktur yang memadai,” tegasnya.
Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI-ITB) Andriyan Bayu Suksmono turut menyerukan penguatan SDM dan infrastruktur. Menurut dia, kebutuhan akan ahli fisika kuantum akan semakin mendesak di masa depan seiring meningkatnya kompetisi teknologi global.