Jakarta (Lampost.co) — Tawuran akhir-akhir ini marak terjadi di kalangan remaja usia sekolah menengah.
Kabar terbaru, sebanyak tujuh jasad warga temukan di Kali Bekasi wilayah Perumahan Pondok Gede Permai, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi.
Dugaannya jasad tersebut sebagai pelaku tawuran yang mencoba melarikan diri dengan cara melompat ke sungai, Minggu, 22 September 2024.
Baca Juga:
Dua Pelaku Aksi Tawuran Geng Motor di Lampung Selatan Ditangkap
Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra, mengimbau orang tua dan guru untuk membuka ruang dialog dengan anak sebanyak mungkin. Upaya ini berguna agar terhindar dari kegiatan negatif seperti tawuran.
“Fasilitasi ruang dialog sebanyak mungkin bagi para remaja, baik di rumah maupun sekolah. Sehingga mereka punya kemampuan memunculkan kesadaran diri dalam mengambil keputusan apapun tanpa mudah terpengaruh, terutama hal-hal negatif,” kata Novi melansir Antara.
Ia menekankan pentingnya komunikasi antara orang tua dengan anak remaja untuk memahami perasaan, keinginan, serta hasrat yang mereka miliki. Sehingga lebih mudah kita arahkan pada kegiatan-kegiatan yang positif.
Penyaluran Kekuatan Fisik
Menurut Novi, sebagian anak-anak hingga usia remaja membutuhkan penyaluran kekuatan fisik. Sehingga perlu kita arahkan ke aktivitas fisik seperti bela diri atau olahraga lainnya.
Orang tua juga agar mendorong anak-anaknya memiliki hobi untuk mengisi waktu atau di sela-sela kegiatan sekolah. Selain itu, anak-anak remaja juga agar terlibat dalam kerja-kerja sosial atau bersifat suka rela. Sehingga anak remaja memiliki empati dan kepekaan sosial.
“Buka ruang sebesar-besarnya anak remaja menemukan siapa dirinya, kekuatannya, passion-nya agar mereka merasa bermakna. Pada anak yang memang membutuhkan saluran kekuatan fisik atau potensi memimpin, maka perlu disalurkan,” ujar Novi.