Bandar Lampung (Lampost.co) – Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mencatat 6.815 kasus pneumonia pada anak di bawah lima tahun (balita) sepanjang Januari hingga September 2025. Jumlah itu menjadi kelompok usia dengan kasus terbanyak dari total 15.829 kasus pneumonia di daerah tersebut.
Meski mendominasi, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Lampung, Lusi Darmayanti, menegaskan bahwa angka tersebut masih tergolong aman. Fasilitas kesehatan di seluruh kabupaten dan kota juga mampu menangani pasien pneumonia dengan baik sehingga tidak banyak kasus yang berkembang menjadi berat.
Menurut Lusi, sejumlah faktor menjadi penyebab tingginya kasus pneumonia pada balita. Pertama, faktor gizi akibat minimnya pemberian ASI eksklusif pada bayi. Selain itu, berat badan lahir rendah (BBLR) dan status imunisasi yang belum lengkap turut meningkatkan risiko.
“Pemberian ASI eksklusif, pemenuhan gizi seimbang, serta imunisasi lengkap menjadi langkah penting untuk mencegah pneumonia pada balita,” ujarnya, Senin, 27 Oktober 2025.
Selain faktor gizi, kondisi lingkungan juga berperan besar. Polusi udara dari asap rokok, pabrik, maupun kendaraan bermotor dapat memperburuk kesehatan saluran pernapasan anak. Tingkat kepadatan hunian, kebersihan rumah, serta kondisi sosial ekonomi keluarga turut memperparah risiko penularan penyakit.
“Masyarakat perlu meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta menghindari kebiasaan merokok di dalam rumah,” imbaunya.
15.829 Kasus
Secara keseluruhan, Lampung mencatat 15.829 kasus pneumonia hingga Oktober 2025. Setelah balita, kelompok usia 19–59 tahun menempati posisi kedua dengan 2.523 kasus. Kemudian remaja 10–18 tahun sebanyak 2.353 kasus, lansia 60 tahun ke atas 2.305 kasus, dan anak usia 5–9 tahun sebanyak 1.833 kasus.
Lusi menambahkan, Kabupaten Pesawaran menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi, yakni 62,79 persen dari total temuan di Lampung. Tingginya angka di wilayah itu dipengaruhi oleh sistem pelacakan dan pelaporan yang berjalan efektif di fasilitas kesehatan setempat.
“Untuk pneumonia dan ISPA, situasinya masih terkendali. Jika ditemukan gejala pneumonia berat, tenaga kesehatan segera melakukan rujukan ke rumah sakit,” jelasnya.








