Bandar Lampung (Lampost.co)—Membangun ekosistem perubahan merupakan hal penting dalam menyiapkan lingkungan sosial yang baik di masa depan. Salah satu kunci membangun ekosistem itu adalah semangat gotong royong di masyarakat.
Poin penting:
- Membangun ekosistem perubahan penting dalam menyiapkan lingkungan sosial yang baik di masa depan.
- Semangat gotong royong di masyarakat jadi salah satu kunci membangun ekosistem perubahan.
- Perubahan tidak bisa terjadi jika setiap kelompok bergerak sendiri-sendiri tanpa semangat gotong royong.
Pendiri Payungi, Dharma Setyawan, mengungkapkan sangat penting membangun gerakan yang tumbuh dari dalam masyarakat, bukan dari luar. Sebab, ekosistem perubahan dengan nilai lokal yang menghidupkan semangat baru.
“Ekosistem perubahan tidak bisa dibentuk dari luar. Ia harus tumbuh dari dalam masyarakat, dengan semangat gotong royong dan keberlanjutan,” ujar Dharma, Jumat (31/10/2025.
Baca juga: Perubahan Sejati Dimulai dari Rumah
Dia menegaskan perubahan tidak bisa terjadi jika setiap kelompok bergerak sendiri-sendiri tanpa semangat gotong royong. Melalui Workshop Penggerak Kawasan Gaharu Lampung, setiap orang belajar menjadi agen perubahan mulai untuk lingkungan masing-masing.
“Agen perubahan sejati adalah mereka yang mampu menumbuhkan nilai kemanusiaan dari kesejahteraan material mental, hingga spiritual,” ujarnya.
Direktur Ashoka Indonesia, Nani Zulminarni, menegaskan perubahan sosial sejati berawal dari lingkaran terdekat manusia. Menurutnya, perubahan sejatinya mulai dari rumah-rumah melibatkan anggota keluarga dan orang terdekat.
“Perubahan sejati berawal dari rumah. Ketika keluarga menjadi ruang yang menumbuhkan empati, kolaborasi, dan keberanian untuk bertindak, masyarakat pun tumbuh dengan kepemimpinan yang berakar kuat,” ujarnya.
Baca juga: Workshop Everyone a Changemaker Dorong Kolaborasi Sosial dan Spiritual Hadapi Krisis Lingkungan Lampung
Nani menjelaskan Ashoka saat ini sedang membangun ekosistem pembaharu (changemaker ecosystem) di empat kota dinamis Indonesia yakni Bandung, Pontianak, Surabaya, dan Lampung. Ekosistem itu nantinya akan menjadi simpul gerakan sosial baru di Asia Tenggara.
Menurutnya, Lampung memiliki potensi besar untuk membangun ekosistem pembaharu. Solidaritas antar komunitas lintas generasi dan lintas iman yang berkumpul menjadi modal utama dalam memulai gerakan pembaharu.
“Lampung memiliki energi luar biasa: ada solidaritas lintas iman, peran aktif perempuan, dan semangat komunitas yang kuat. Semua ini adalah bahan bakar bagi gerakan pembaharu yang berkelanjutan,” kata dia.








