Bandar Lampung (Lampost.co)– Dalam menjalankan fungsi sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), SMKN 4 Bandar Lampung kini memiliki 11 model usaha yang sekaligus menjadi teaching factory (Tefa) bagi peserta didik.
Waka Humas, Mas Azizah mengungkapkan, unit usaha itu antara lain perhotelan, jasa laundry, retail, tiketing perjalanan wisata, kuliner, busana, perbaikan komputer, rekayasa perangkat lunak, pembuatan website, analisis pembiayaan, fotokopi, serta percetakan.
Baca juga: SMAN1 Kedondong Belajar Jurnalistik ke Lampung Post
“Yang unggulan itu ada Gre4t Cokro Edotel itu pesannya sudah bisa lewat marketplace, retail itu ada Cokro mart, dan laundry,” ujarnya, Kamis, 6 Februari 2025.
Dalam pelaksanaannya, siswa terlibat langsung dalam pengelolaan unit usaha. Tidak hanya sebagai penyedia jasa, tapi siswa juga terlibat dalam pengelolaan dan manajemen usaha.
Keterlibatan siswa itu sekaligus memberikan edukasi dan pengalaman bagi para siswa dalam mengelola usaha. Pihaknya berharap hal tersebut dapat menumbuhkan jiwa berwirausaha bagi para siswa, sehingga menjadi bekal ketika lulus.
“Para siswa nantinya setelah mengikuti pembelajaran di Tefa ini lulus sudah terbiasa dengan dunia usaha dan dunia kerja,” kata dia.
Di tahun ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung kembali mengajukan 24 SMK sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Tujuannya agar sekolah dapat memiliki serta mengelola usaha dan keuangan secara mandiri.
Pembinaan BLUD
Kepala Bidang SMK, Sunardi mengungkapkan, saat ini sekolah sedang melakukan pemberkasan administrasi. Selanjutnya dinas akan mengajukan persyaratan tersebut ke BPKAD Lampung sebagai pembina BLUD.
Dengan status BLUD, sekolah dapat mengelola usaha secara mandiri. Sebab jurusan di SMK banyak menghasilkan produk atau jasa yang memiliki nilai jual dan menguntungkan sekolah.
“Kalau bukan BLUD tidak bisa, sekolah bisa produksi barang atau jasa tapi tidak bisa dipasarkan,” jelasnya.
Menurutnya, BLUD sangat membantu sekolah dalam menambah pendapatan. Dengan begitu sekolah bisa melakukan pengembangan fasilitas untuk menunjang pembelajaran siswa.
Meski begitu, Sunardi menegaskan BLUD tidak hanya sekadar mencari keuntungan semata. Justru, lanjutnya, BLUD menjadi laboratorium bagi siswa untuk belajar memanajerial usaha agar dapat tumbuh.
“Mereka (siswa) diajarkan mulai dari produksi, mengelola, dan memasarkan barang serta mengelola keuntungan menjadi modal kembali,” kata dia.
Dengan begitu, peserta didik akan memiliki pengalaman, pengetahuan, dan skill menjadi pengusaha. Tidak menutup kemungkinan, pengalaman itu bisa mendorong siswa membangun usaha secara mandiri ketika lulus sekolah.
“Siapa tau dari pengalaman itu ketika lulus siswa mampu membangun usaha secara mandiri,” ujarnya.
Adapun saat ini terdapat 16 SMK di Lampung yang telah menjadi BLUD. Sekolah-sekolah tersebut memiliki berbagai usaha yang berbeda-beda sesuai potensi masing-masing seperti perhotelan, laundry, bengkel, hingga kerajinan.
Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News