Bandar Lampung (Lampost.co) — Pondok Pesantren (ponpes) Yatim Piatu dan Dhuafa Riyadhus Sholihin Bandar Lampung mewisuda 13 santri, Kamis, 23 Mei 2024. Kegiatan itu turut dihadiri orang tua dari para santri. Suasananya pun turut diwarnai tangis haru saat para santri mendatangi dan memeluk orang tuanya.
Pimpinan Ponpes Riyadhus Sholihin, KH Ismail Zulkarnain, menjelaskan ponpes mewisuda anak-anak untuk angkatan ke-7. Pelepasan santri karena memiliki kemampuan, baik dari segi akhlak, kepribadian, maupun ilmunya.
“Kalau mereka punya kemampuan lebih akan kami tarik lagi ke pondok untuk pengabdian setahun,” kata Ismail di aula masjid ponpes yang berlokasi di Komplek Villa Mas Jalan Dr Harun 2, Gang H Agus Salim 1, Kelurahan Kotabaru, Tanjungkarang Timur.
BACA JUGA: Cara Ratusan Santri Ponpes Riyadhus Sholihin Meningkat Ketakwaan di Bulan Ramadan
Selain itu, anak didiknya juga memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidup dalam mengabdi di masyarakat. Hal itu terbukti dari banyak santrinya yang kini berprofesi sebagai TNI/Polri ataupun bekerja di perusahaan swasta.
“Kami mencetak santri yatim visioner agar berguna di masyarakat. Mereka harus menjadi yatim piatu yang betul-betul punya harga diri dan kehormatan. Jadi, enggak ada lagi kesan seolah-olah yatim itu loyo, kotor, korengan, itu enggak ada lagi,” ujar dia.
Untuk itu, santri harus punya semangat yang tinggi menjadi petarung di masyarakat agar bisa menjadi orang sukses, terutama mampu berbuat untuk orang banyak.
Hasilnya, ternyata terdapat tiga santri yang segera wisuda di Darmajaya. Bahkan, sebelum wisuda telah masuk kerja di Jakarta. “Alhamdulillah, total ada delapan alumni yang bekerja di Jakarta,” ujar dia.
Hafal 5 Juz
Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Bandar Lampung itu, menambahkan penilaian kelulusan para santri juga dari kemampuan dalam menghafal Al-Quran minimal lima juz. Lalu cara mengajar dan terpenting dari akhlaknya.
Dia turut berpesan agar para santri dari menjaga marwah pondok di tengah pengabdian di masyarakat dan istiqomah dalam beribadah. Sementara, jika tidak bisa menjaga marwah berarti ilmu selama di pondok tidak berkah karena niatnya salah.
“Setelah lulus dari pondok jangan jadi aib karena kalian itu memiliki syarat untuk berguna di masyarakat,” kata dia.