Bandar Lampung (Lampost.co)– Tangan para ibu begitu lihai memilah ikan teri yang dijemur di atas anyaman bambu yang tersusun memanjang. Obrolan dan cekikikan mewarnai aktivitas yang kerap kita sebut dengan menyortir itu, meski di bawah terik matahari. Mereka adalah para buruh harian lepas di sentra produksi ikan teri Pulau Pasaran, Lampung.
Sudah sejak lama, kegiatan di Pulau Pasaran menghidupkan perekonomian masyarakat pesisir. Kini, setiap hari setidaknya ada seratus orang dari luar pulau sengaja datang untuk menjadi buruh sortir.
Terletak di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur, pesisir Bandar Lampung ini memang masyhur sebagai daerah penghasil ikan teri berkualitas.
Sebagian besar produk teri khas Pulau Pasaran dipasarkan ke Jakarta. Kemudian daerah lain di Sumatra, seperti Padang, Jambi, dan Riau. Sisanya di distribusikan ke sejumlah pasar lokal Lampung.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Lampung mencatat nilai produksi pegolahan ikan teri di Pulau Pasaran tak kurang dari Rp108 miliar per tahun. Total terdapat 109 pengolah dan delapan pemasar atau pengepul yang menetap di pulau ini dengan rata-rata pendapatan per bulan mencapai Rp17,8 juta.
Asa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir semakin memperkuat melalui transformasi pembangunan perikanan tangkap.
Pembangunan Infrastruktur
Kampung Nelayan Modern (Kalamo) merupakan program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang mentransformasikan ruang sosial dan ruang hidup masyarakat agar lebih produktif dan mandiri. Dimensi tersebut ditata melalui peningkatan kapasitas masyarakat yang di dukung oleh pembangunan infrastruktur.
Kalamo Pulau Pasaran menjadi salah satu proyek percontohan program tersebut secara nasional. Peningkatan daya saing dan mutu produk terus didorong melalui transformasi hilirisasi konvensional menuju modern.
Berbagai infrastruktur penunjang kemajuan Kalamo Pulau Pasaran telah dibangun. Di antaranya kios nelayan, sentra kuliner, bengkel nelayan, rumah pengeringan ikan. Hingga cold storage atau gudang penyimpanan yang terancang khusus dengan fitur pengaturan suhu.
Kepala DKP Provinsi Lampung, Liza Derni, berharap keberadaan Kalamo Pulau Pasaran menjadi inspirasi sekaligus jalan bagi masyarakat pesisir untuk berdaya dan meningkatkan perekonomian.
“Kalamo bisa menjadi solusi untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ada saat ini. Dan akan memberi multiplier effect bagi kesejahteraan masyarakat, juga alam yang lestari,” ujarnya.
Peran nelayan di kawasan ini sangat menentukan keberlanjutan Kalamo Pulau Pasaran. Butuh komitmen para pengelola untuk menjaga, memelihara. Serta memanfaatkan segala fasilitas yang ada untuk kemajuan dan kesuksesan Kalamo.
Optimistis Tembus Pasar Ekspor
Pembangunan Unit Pengolahan Ikan (UPI) di kawasan Pulau Pasaran merupakan salah satu bentuk komitmen KKP dalam mendukung perluasan akses pasar hingga ke luar negeri atau ekspor.
Unit tersebut lengkap dengan fasilitas ruang pendingin, laundry ikan, serta alat uji mutu dan kualitas. Selain itu, UPI juga menyediakan layanan pemeriksaaan formalin dan keamanan pangan sesuai standar sertifikasi ekspor.
Di samping penyediaan infrastuktur dan fasilitas, para nelayan dan pengelola juga mendapat pembinaan pada sisi peningkatan kualitas mutu produk maupun penguatan kelembagaan.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistyo, dalam kunjungannya saat peresmian Kalamo Pulau Pasaran pada 7 Februari 2024 lalu, begitu optimistis bahwa produk dari daerah ini mampu menembus pasar ekspor.
Peningkatan Ekonomi
Transformasi Pulau Pasaran menjadi Kalamo masyarakat setempat menyambutnya dengan antusias. Belum genap setahun berjalan, program Kalamo di nilai telah memberi berbagai manfaat bagi nelayan.
Ketua Koperasi Nelayan Kalaju Pulau Pasaran, Said, menyebut perekonomian masyarakat pesisir kini kian meningkat dengan adanya Kalamo.
“Contohnya saat harga teri sedang jatuh. Dengan adanya cold storage. Kami jadi bisa menyimpan produk lebih lama sambil menunggu harga kembali membaik,” tuturnya.
Pulau Pasaran yang telah berubah menjadi kawasan tertata juga menarik kunjungan wisatawan. Ada peningkatan jumlah pengunjung untuk membeli produk-produk Kalamo. Maupun sekedar menghabiskan sore hari di sentra kuliner.
Pendampingan secara kelembagaan berhasil meningkatkan antusias para nelayan untuk maju dan berinovasi. Termasuk pengetahuan akan pentingnya kualitas mutu produk dalam kegiatan pengolahan teri.
Kegiatan mobilitas dan pendistribusian produk kini juga semakin lancar dengan adanya bantuan kendaraan pengangkut, perbaikan jalan umum, serta pembangunan jembatan penghubung pulau menuju daratan utama.
Ekonomi Biru
Said berharap Kalamo Pulau Pasaran tak sekedar menjadi sentra teri di Lampung. Lebih dari itu, kampungnya harus mampu menjalankan prinsip ekonomi biru yang tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Pihaknya mengajak seluruh masyarakat perkotaan maupun pesisir agar tak membuang sampah dan limbah ke sungai. Pasalnya, sampah dan limbah tersebut akan hanyut terbawa ke laut.
Tindakan itu tentu mengancam keberlangsungan hidup biota laut dan berdampak pada kuantitas dan kualitas tangkapan nelayan.
“Mau sejauh apapun lokasi pembuangan sampah dan limbah dari laut. Kalau membuang ke sungai, itu akan tetap mencemari. Karena semua itu akan berujung ke laut,” pungkasnya.