Washington(Lampost.co)—Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer prihatin tentang Iran yang menyediakan senjata mematikan untuk Rusia.
“Kami menegaskan kembali dukungan teguh terhadap Ukraina yang terus mempertahankan diri dari agresi Rusia. Kami pun menyatakan kekhawatiran mendalam mengenai penyediaan senjata mematikan oleh Iran dan Korea Utara kepada Rusia dan dukungan Republik Rakyat Tiongkok kepada basis industri pertahanan Rusia,” kata keduanya dalam sebuah pernyataan. Pernyataan itu muncul setelah Biden dan Starmer bertemu di Gedung Putih untuk membahas berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama, lansir Anadolu, Sabtu (14/9/2024).
Para pemimpin menegaskan kembali komitmen kuat mereka terhadap keamanan Israel, kebutuhan mendesak akan kesepakatan gencatan senjata yang akan membebaskan para sandera dan memungkinkan peningkatan bantuan di Jalur Gaza, dan kebutuhan Israel untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil dan mengatasi situasi kemanusiaan yang mengerikan di daerah kantong yang terkepung itu, menurut pernyataan tersebut.
Mereka juga mengutuk serangan Houthi Yaman terhadap pelayaran komersial di Laut Merah. “Mereka membahas kerja sama AS-Inggris dalam bidang energi bersih dan teknologi canggih, AUKUS (Australia, Inggris, dan AS), serta peluang untuk mempererat hubungan ekonomi AS-Inggris yang kuat. Presiden Biden menggarisbawahi dukungannya terhadap Perjanjian Belfast/Jumat Agung dan perannya dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Irlandia Utara,” tambahnya.
Iran Kirim Rudal
AS sebelumnya mengatakan Iran mentransfer pengiriman rudal balistik jarak dekat Fatah-360 ke Rusia. Menurut Pentagon, hal itu “sangat memprihatinkan” karena akan menyebabkan kematian lebih banyak warga sipil Ukraina.
Sementara itu, Kremlin mengatakan pada hari Rabu bahwa Rusia akan menanggapi dengan tepat jika AS mencabut pembatasan terhadap Ukraina dalam menggunakan rudal pasokan Amerika untuk menyerang target di dalam Rusia. Biden menyatakan tengah membahas keinginan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh ke dalam wilayah Rusia.
Sebelumnya, Gedung Putih mengatakan tidak ada perubahan dalam kebijakan AS tentang penggunaan rudal jarak jauh oleh Ukraina di dalam Rusia. “Tidak ada perubahan pada pandangan kami mengenai penyediaan kemampuan serangan jarak jauh bagi Ukraina untuk digunakan di dalam wilayah Rusia,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby.