Washington (Lampost.co)—Harapan Ukraina mendapatkan rudal jarak jauh dalam perang melawan Rusia pupus untuk sementara waktu. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang bertemu Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Washington pada Jumat kemarin memutuskan untuk menunda pengiriman senjata semacam itu ke Kyiv.
Mengutip Kyiv Post, Sabtu (14/9/2024), kedua pemimpin menunda keputusan mengirim rudal jarak jauh ke Ukraina. Penundaan itu besar kemungkinan karena pernyataan Presiden Rusia Vladmir Putin yang mengancam akan adanya perang langsung dengan NATO.
Inggris baru-baru ini mengatakan ingin mengizinkan Ukraina menggunakan rudal Storm Shadow milik London. Tetapi karena banyak komponen rudal itu merupakan buatan AS, maka pengirimannya membutuhkan izin Washington.
AS tidak berencana mengumumkan kebijakan baru apa pun tentang Ukraina dan penggunaan rudal jarak jauh pada hari Jumat, kata Gedung Putih.
Berbicara menjelang pertemuan antara Biden dan Starmer, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan kebijakan saat ini akan tetap berlaku.
“Tidak ada perubahan dalam pandangan kami tentang penyediaan kemampuan serangan jarak jauh bagi Ukraina untuk digunakan di dalam Rusia,” katanya.
Starmer mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ia telah melakukan “diskusi luas tentang strategi” dengan Biden. Akan tetapi, itu “bukan pertemuan tentang kapabilitas tertentu”.
Sebelumnya, Starmer berharap bisa menekan Biden agar mendukung rencananya mengirim rudal Storm Shadow Inggris ke Ukraina. Sehingga rudal itu dapat menghantam lebih dalam ke dalam wilayah Rusia.
Namun, saat pertemuan dengan Biden makin dekat, Starmer mengindikasikan ia dan Presiden AS akan membahas rencana tersebut di Majelis Umum PBB di New York akhir bulan ini “dengan kelompok individu yang lebih luas”. Kelompok itu kemungkinan Prancis, yang juga telah memasok Kyiv dengan rudal Storm Shadow versi SCALP mereka. Dan sekutu NATO lainnya yang bahkan lebih takut memprovokasi Putin, seperti Jerman dan Italia.